kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga gas kembali dikeluhkan pengusaha


Selasa, 17 Oktober 2017 / 15:02 WIB
Harga gas kembali dikeluhkan pengusaha


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas yang tinggi selalu dikeluhkan oleh pelaku industri. Apalagi di tiap daerah punya harga gas yang berbeda-beda alias tak seragam.

Menanggapi hal tersebut, Dyah Winarni Poedjiwati, Staf Ahli Menteri Bidang Sumber Daya Industri Kementerian Perindustrian menjelaskan, hal tersebut terjadi karena tiap daerah punya tender yang berbeda. Sehingga tingkat harga dari masing-masing trader tidak pernah diatur.

"Pungutan tambahan itu kami lihat masih banyak," kata Dyah di Kementerian Perindustrian, Selasa (17/10).

Padahal menurutnya tiap industri membutuhkan gas yang murah agar punya daya saing dengan negara lain. Selain itu industri juga perlu dukungan untuk menekan biaya energi setinggi mungkin. "Sekarang yang terpukul seperti industri keramik, kaca dan sarung tangan," katanya.

Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan mengatakan, pihaknya menunggu penurunan harga gas guna menekan ongkos produksi yang semakin tinggi.

Seperti diketahui, sejak dikeluarkannya instruksi Presiden pada tanggal 4 Oktober 2016 terkait harga gas untuk industri sebesar US$ 5- US$6 per MMBTU, sampai saat ini belum terealisasi.

"Akibat harga gas tinggi telah memakan korban satu pabrik kaca terbesar di Indonesia (PT Tossa Shakti) berhenti beroperasi karena harga gas yang tinggi," kata Yustinus, Selasa (17/10).

Untuk industri kaca, harga gas sangat menentukan efisiensi karena menyumbang sekitar 25% dari total biaya produksi. Menurutnya dengan berhentinya satu pabrik di Jateng (PT Tossa Shankti), kapasitas produksi kaca nasional turun menjadi 1,225 juta ton per tahun dari sebelumnya sekitar 1,5 juta ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×