Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Gula Indonesia (AGI) menyatakan impor gula saat ini tersendat karena harga gula dunia tinggi dan biaya transportasi (pengapalan) juga lebih mahal. Selain itu, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga menjadi salah satu penyebab.
Seperti diketahui, hingga 5 Oktober 2023, realisasi impor gula di tahun ini baru 26% dari total 1,01 juta ton yang diizinkan oleh pemerintah. Badan Pangan Nasional (Bapanas) pun menginstruksikan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pangan dan swasta untuk segera mempercepat realisasi impor gula kristal atau konsumsi di tahun ini. Percepatan ini perlu dilakukan mengingat harga gula belakangan tengah meningkat.
Tenaga Ahli Asosiasi Gula Indonesia, Yadi Yusriadi menerangkan, impor gula yang tersendat karena harga gula dunia saat ini tinggi dan biaya transportasi (pengapalan) juga lebih mahal, sehingga bila diimpor harga pokoknya bisa lebih dari Rp 15.000 per kilogram franco gudang.
"Padahal harga gula produsen masih sekitar Rp 14.000 per kilogram. Sehingga banyak perusahaan yang sudah mendapat persetujuan impor belum merealisasikan sepenuhnya," kata Yadi saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (22/10).
Baca Juga: Kasus Dugaan Korupsi Impor Gula, Kejagung Periksa 2 Pejabat Kemenko Perekonomian
Adapun, lanjut Yadi, pasokan gula sampai awal tahun depan masih cukup meskipun harga gula akan mahal dan cenderung naik terus. Menurut dia, solusi untuk gula konsumsi adalah penugasan impor gula kristal putih (GKP) kepada perusahaan BUMN untuk menghadapi Lebaran tahun depan dan lonjakan konsumsi lantaran adanya pesta demokrasi yakni Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilu di tingkat daerah.
Sementara itu, jika importir tidak bisa memenuhi kuota impor maka Yadi bilang seharusnya perusahaan yang sudah dapat izin impor tetap harus impor walaupun jumlahnya terbatas karena ada risiko rugi.
"Sedangkan untuk penundaan atau carry over merupakan kebijakan pemerintah terkait kondisi saat ini," tutup Yadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News