Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga jagung lokal di sejumlah sentra produksi semakin murah dalam beberapa pekan terakhir. Rata-rata, harga jagung turun Rp 200 hingga Rp 300 per kilogram (kg). Namun, penurunan itu belum berimbas pada harga pakan ternak. Bahkan, pelaku bisnis menghitung akan ada kenaikan harga pakan ternak dalam waktu dekat ini.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan mencatat, harga jagung di Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatra Barat pekan lalu sebesar Rp 2.200 per kg. Harga ini turun 8,33% dibandingkan beberapa minggu sebelumnya yang masih Rp 2.400 per kg.
Hal serupa juga terjadi di sentra produksi jagung Kabupaten Karo, Sumatra Utara. Harga jagung di daerah ini pekan lalu sekitar Rp 2.200-Rp 2.300 per kg. Padahal, pada beberapa pekan sebelumnya, harga jagung di sentra ini masih bertengger di kisaran Rp 2.500 per kg.
Di tingkat industri pakan ternak, pembelian jagung sebagai bahan baku utama juga semakin murah. Pekan lalu, harga beli jagung oleh pelaku industri pakan ternak Rp 3.000 per kg, turun Rp 500 per kg dari minggu sebelumnya yang mencapai Rp 3.500 per kg.
Maxdeyul Sola, Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional, menjelaskan, penurunan harga ini akibat banyaknya pasokan jagung di pasar. Ini mengingat banyak jagung impor yang masuk ke wilayah Indonesia. "Stok jagung semakin banyak, wajar saja harga jagung lokal sedikit terkoreksi," kata Sola, Minggu (19/6).
Benar saja, Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) menghitung, impor jagung hingga saat ini sudah mencapai 1,5 juta ton. Jumlah ini setara dengan 75% dari kuota impor jagung di tahun ini yang hanya 2 juta ton. "Industri pakan ternak sengaja mengimpor banyak jagung, karena untuk antisipasi kekurangan pasokan," jelas Sudirman, Ketua GPMT.
Kekhawatiran pengusaha ternak memang beralasan. Catatan saja, petani jagung di Indonesia biasanya melangsungkan dua kali masa tanam, yakni periode April-September dan Oktober-Maret.
Sayangnya, bulan April-Juni lalu, hujan masih mengguyur beberapa daerah sentra produksi jagung. Walhasil, petani pun lebih memilih menanam padi daripada jagung. "Wajar, kalau pengusaha pakan ternak sudah mengimpor banyak jagung, karena pasokan jagung lokal pasti berkurang dengan tingginya curah hujan," tambah Sola.
Selain itu, Sudirman menilai, penurunan harga jagung lokal juga berkaitan dengan terkoreksinya harga komoditi tersebut di pasar internasional. Harga jagung di bursa global pada pekan lalu memang sedikit terkoreksi, setelah sebelumnya menembus rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, harga jagung pengiriman Juli 2011 di Chicago Board of Trade (CBOT) pada 17 Juni 2011 sebesar US$ 7,3 per bushel. Harga ini turun 7,04% dibanding harga pekan sebelumnya senilai US$ 7,85 per bushel. "Penurunan harga global turut mempengaruhi harga jagung lokal," tandas Sudirman.
Harga pakan naik?
Namun, sejauh ini penurunan harga jagung belum mengakibatkan harga pakan ternak turun. GPMT mencatat, harga pakan ayam broiler masih Rp 5.500 per kg.
Harga pakan ternak belum turun karena harganya saat ini ditentukan oleh harga bahan baku, khususnya jagung di pasar global dalam beberapa bulan sebelumnya. Dengan demikian, pengiriman bulan ini merupakan hasil transaksi bahan baku jagung pada bulan-bulan sebelumnya.
Sudirman menambahkan, tampaknya harga pakan ternak memang tidak akan turun. Bahkan, ada potensi harga pakan ternak akan naik. "Kira-kira akan naik 10% pada bulan Agustus nanti," jelas Sudirman.
Penyebabnya, pengusaha dan petani memperkirakan harga jagung akan kembali naik dalam waktu dekat ini karena kegagalan peningkatan produksi jagung di tahun ini. "Produksi jagung tahun 2011 hanya akan menyamai tahun 2010, yakni sebanyak 18,3 juta ton," kata Sola. Hal ini melenceng jauh dari target Kementerian Pertanian, yakni sebanyak 22 juta ton.
Salah satu penyebab utamanya adalah kondisi cuaca yang kurang mendukung. "Hingga penghujung semester I-2011, banyak daerah yang masih diguyur hujan, sehingga belum bisa panen. Rasanya akan sulit untuk mencapai target 22 juta ton," papar Sola.
Tidak hanya di Indonesia, kondisi serupa juga terjadi di negara penghasil jagung lainnya, seperti di Amerika Serikat. Tentu saja, pasokan ke pasar internasional juga bakal menurun. Padahal, kebutuhan jagung di industri pakan ternak semakin meningkat. Apalagi, jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri biofuel.
Sola memprediksi, hal itu akan meningkatkan harga jagung lokal menjadi Rp 3.000-Rp 3.300 per kg. Tak heran, kini harga pakan tidak turun, agar nanti tidak ada kenaikan harga yang terlalu besar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News