Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Senyum pembudidaya mutiara merekah. Harga mutiara, khususnya untuk pasar ekspor melambung tinggi. Misalnya saja, harga lelang mutiara di Mataram 7 Juli hingga 8 Juli lalu, petani bisa mendapatkan harga tertinggi, yakni US$ 16,3 per gram. Harga itu naik dibandingkan harga sebelumnya, yang hanya US$ 5 per gram di tahun 2009 dan 2010.
Kini, petaniberusaha agar harga mutiara bisa naiklebih tinggi, bahkan bisa mencapai US$ 20 per gram. "Kami bertahan untuk tidak melepas di bawah harga itu," ujar Bambang Setiapan, Sekretaris Jenderal Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) dalam konferensi pers Penyelenggaraan Indonesia Pearl Festival, kemarin.
Upaya itu bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor mutiara. Selama ini, harga mutiara Indonesia jauh lebih rendah mutiara sejenis dari negara lain. Misalnya saja, harga mutiara di South Sea Pearl (SSP) Australia saat ini di kisaran US$ 32 per gram hingga US$ 40 per gram. Dan, Australia adalah salah satu kompetitor terkuat Indonesia.
Peluang dongkrak ekspor
Upaya mendongkrak harga tersebut beralasan. Soalnya, Australia dan Filipina mulai mengurangi produksi hingga 20%. Dengan demikian, mutiara dari Indonesia bakal semakin mendominasi pasar ekspor. Dengan produksi berkisar 12 juta ton per tahun, Indonesia merupakan produsen mutiara terbesar, dengan pangsa pasar 43%.
Kurangnya pasokan dari dua negara itu menjadi peluang emas bagi pembudidaya mutiara Indonesia untuk mendapatkan harga tinggi. Karenanya, Asbumi optimistis akan bisa menjaga harga lelang tetap tinggi. "Paling tidak, dijaga di kisaran US$ 20 per gram," ujar Bambang.
Bila target itu tercapai, Bambang optimistis nilai ekspor mutiara bisa meningkat hingga empat kali lipat dari nilai ekspor tahun 2010. "Bahkan bisa lebih, karena rata-rata kebutuhan mutiara dunia naik 10%-15% per tahun," kata Bambang.
Victor PH Nikijuluw, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bilang, KKP siap mendukungnya Asbumi. Salah satunya dengan mengeluarkan aturan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk mutiara. Tujuannya, agar kualitas mutiara lokal semakin bagus, karena hanya 50% dari total produksi mutiara yang layak diekspor.
Bahkan, 20% dari produksi mutiara juga harus dihancurkan karena mutunya jelek. "Targetnya, aturan ini selesai Agustus, berlaku efektif Januari 2012," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News