Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) menyebut, saat ini investasi untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) semakin kompetitif.
Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Fabby Tumiwa mengatakan, untuk PLTS skala utilitas, beberapa proyek internasional menunjukan biaya investasi sudah di bawah US$ 400/kW. Adapun saat ini, proyek-proyek skala utilitas di dunia sudah memberikan levelized cost of electricity (LCOE) di bawah US$ 30/MWh.
Fabby memperkirakan, di Indonesia utility scale solar bisa mencapai US$ 500-US$ 600/kW. Sedangkan untuk PLTS commercial & industri (C&I), di bawah 10 MW mencapai US$ 500 sampai US$ 700/kW.
"Investasi PLTS terus turun. Untuk komersial dan industri harga listrik dari skema leasing untuk sektor ini sudah 20%-25% lebih rendah dari tarif listrik PLN," katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (5/11).
Baca Juga: Masih ada proyek terkendala, begini upaya pemerintah genjot EBT
Fabby menerangkan, PLTS Atap harganya sudah turun cukup signifikan dalam 5 tahun terakhir, diperkirakan turun sekitar 20%-25%. Walaupun saat ini karena ada kenaikan harga modul surya, sepertinya penurunan ini akan sangat lambat dalam 2 tahun mendatang.
Kemudian, untuk PLTS Atap skala kecil (rumahan), harganya Rp 15 juta sampai dengan Rp 20 juta/kWp untuk pemasangan engineering procurement construction.
Pengembalian investasi dengan capex sebesar itu dan tarif listrik hari ini, Fabby memperkirakan, balik modalnya berkisar antara 8 tahun sampai dengan 11 tahun. Sedangkan, kalau tarif listrik lebih tinggi, waktu pengembaliannya bisa lebih cepat.
Fabby berharap, Permen ESDM No 26 Tahun 2021 tentang PLTS Atap diharapkan bisa mendorong gotong royong masyarakat membangun PLTS Atap untuk mendukung pencapaian target bauran energi terbarukan Presiden Jokowi sebesar 23% pada 2025 dan juga meningkatkan investasi energi terbarukan.
Selanjutnya: Permen ESDM PLTS Atap masih mandeg, kepastian usaha dan persepsi investor terpengaruh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News