Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan tarif logistik berpotensi merembet pada kenaikan harga sejumlah produk kebutuhan masyarakat. Kenaikan tarif logistik itu sendiri tidak lepas dari imbas konflik di Laut Merah yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Sebelumnya, Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menyebut bahwa ongkos kirim logistik atau freight cost naik sekitar 40% sampai 50%, baik untuk ekspor dan impor. Hal ini terjadi lantaran kapal-kapal kontainer angkutan barang yang biasa melintasi Laut Merah kini harus memutar melewati Tanjung Harapan, Afrika Selatan, sehingga perjalanan memakan waktu lebih lama.
Ada kekhawatiran harga sejumlah produk yang memakai bahan baku impor mengalami kenaikan di pasar, sehingga merugikan konsumen. Apalagi, tidak jarang produk esensial seperti makanan-minuman atau obat-obatan memakai bahan baku impor, sehingga perubahan situasi geopolitik global bisa berdampak pada kelangsungan industri tersebut.
Baca Juga: Akibat Konflik di Laut Merah Ongkos Logistik ke Eropa Naik 65%
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyarankan, asosiasi-asosiasi produsen manufaktur yang produknya terdampak konflik di Laut Merah harus lebih kreatif mencari strategi untuk menekan ongkos logistik. Para produsen juga harus mampu mencari negara penghasil bahan baku yang jalur pengirimannya tidak melewati Laut Merah.
“Mereka tidak bisa serta merta membebankan kenaikan cost kepada konsumen akhir,” kata Tulus, Senin (29/1).
Tidak ketinggalan, dia juga meminta para produsen manufaktur yang terdampak konflik di Laut Merah agar saling berkoordinasi dengan pemerintah untuk mengantisipasi masalah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News