Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. PT Pupuk Sriwi-djaja Palembang (Pusri) memprediksi ekspor pupuk tahun ini tak akan berkontribusi besar pada kinerja keuangannya. Penyebab pesimisme itu adalah harga pupuk urea di pasar internasional yang tengah layu. Pengelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu pun, menduga hasil penjualan ekspornya bakal menyusut.
Hingga pertengahan tahun ini, harga urea di pasar internasional rata-rata hanya mencapai US$ 325 per ton. Padahal sepanjang tahun lalu harga rata-rata pupuk urea di atas US$ 410 per ton.
Sekretaris Perusahaan Pusri, Zain Ismed, menuturkan, selama ini harga urea di pasar ekspor lebih tinggi daripada harga pupuk urea bersubsidi di dalam negeri. Situasi itu memungkinkan Pusri menikmati laba dari penjualan pupuk di pasar ekspor. Nah, karena harga pupuk di pasar internasional sedang lesu, "Kinerja penjualan serta laba Pusri tahun ini ikut terimbas," kata dia.
Sayangnya, Zain belum mau membeberkan berapa besar dampak penurunan harga jual pupuk di pasar internasional terhadap kinerja penjualan perusahaan tahun ini.
Sebagai gambaran, selama tahun lalu Pusri mampu membukukan penjualan Rp 5,9 triliun. Dari jumlah itu, Rp 4,3 triliun berasal dari penjualan pupuk non-subsidi, termasuk penjualan pupuk ke pasar ekspor. Pada tahun lalu, Pusri mampu meraup laba usaha Rp 1,4 triliun.
Penyebab harga jual pupuk di pasar dunia merosot antara lain adalah stok pupuk yang berlimpah. Maklum, kondisi ekonomi dunia yang melemah membuat konsumsi pupuk ikut melandai.
Tak hanya itu, persaingan di pasar internasional juga semakin sengit. Zain bilang negara pengimpor pupuk kini semakin selektif. Biaya merupakan pertimbangan utama dalam memilih produsen. "Misalnya mereka pilih impor dari negara yang lebih dekat sehingga menekan biaya distribusi," ujar dia.
Meski begitu, anak usaha PT Pupuk Indonesia Holding Company ini tetap mengekspor pupuk urea produksinya ke pasar Asia sebagai pasar utama. Pada paruh pertama tahun ini, volume ekspor urea Pusri 124.926 ton.
Tentu, penjualan ekspor baru dilakukan Pusri apabila ada kelebihan produksi yang tidak terserap di pasar domestik. Sementara prioritas utama BUMN ini adalah memasok pupuk bersubsidi ke wilayah Sumatra bagian selatan dan Jawa Tengah.
Meski saat ini pasar ekspor belum cerah, namun ekspor pupuk di masa depan cukup menjanjikan bagi Pusri. Hal ini seiring dengan pembangunan pabrik Pusri II yang bergulir sejak semester I lalu.
Pabrik Pusri IIB yang ditargetkan mulai berproduksi akhir 2015 ini akan memiliki kapasitas produksi urea sebesar satu juta ton tiap tahunnya. Sehingga, mulai tahun 2016 kapasitas produksi anak usaha Pupuk Indonesia Holding Company ini akan meningkat dari 2,2 juta ton per tahun menjadi 2,8 juta ton per tahun.
Dengan fasilitas produksi yang semakin besar itu, potensi Pusri untuk menggenjot penjualan di pasar ekspor, meningkat. "Rata-rata bisa ekspor hingga 700 .000 ton per tahun," ujar Zain
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News