Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten produsen komponen menanggapi kenaikan harga pada beberapa model mobil yang dijual di pasar dalam beberapa waktu terakhir.
Sebagaimana diketahui, beberapa Agen Pemegang Merek (APM) melakukan penyesuaian harga jual mobil. Misalnya, pada Mei 2023, PT Honda Prospect Motor (HPM) yang mengerek harga Honda Brio Satya sebanyak Rp 1 juta menjadi kisaran Rp 165,9 juta sampai Rp 193,9 juta untuk on the road (OTR) Jakarta.
PT Toyota Astra Motor (TAM) juga menaikkan harga jual salah satu modelnya, yakni Toyota Avanza untuk varian 1.300 cc sebesar Rp 2 juta menjadi kisaran Rp 235,1 juta sampai Rp 249,8 juta pada awal Juli 2023.
Menanggapi fenomena tersebut, Chief Financial Officer PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) Ang Andri Pribadi menilai, kenaikan harga mobil yang terjadi belum tentu berkaitan dengan lonjakan harga komponen otomotif.
“Harga komponen otomotif kami tidak mengalami kenaikan sampai saat ini,” ujar dia, Kamis (6/7).
Baca Juga: Ini Beberapa Model Mobil Honda yang Mengalami Penyesuaian Harga Jual
Sejauh ini, SMSM fokus memproduksi komponen untuk mobil. Beberapa pabrikan otomotif menjadi pelanggan SMSM untuk segmen original equipment manufacturer (OEM), contohnya Toyota, Mitsubishi, Nissan, Suzuki, dan lain sebagainya.
SMSM memiliki produk utama yakni filter dan radiator. Emiten ini juga memproduksi produk lainnya seperti plastisol, pipa rem dan pipa bahan bakar, tangka bahan bakar, dan knalpot kendaraan.
Senada, Manajemen PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) menyebut bahwa kenaikan harga kendaraan, baik mobil ataupun motor, tidak secara langsung berkorelasi dengan harga komponen.
“Sebab, harga komponen sendiri lebih menyesuaikan dengan faktor seperti fluktuasi harga material, baik untuk pasar OEM maupun aftermarket,” kata Direktur Astra Otoparts Wanny Wijaya, Kamis (6/7).
Asal tahu saja, AUTO memproduksi komponen terkait mesin, bodi, sasis, elektronik, hingga transmisi pada kendaraan bermotor. Perusahaan ini memiliki beberapa pelanggan di bisnis manufaktur komponen seperti Toyota, Honda, Isuzu, Hino, Mitsubishi, Piaggio, dan lain-lain.
Secara umum, baik AUTO dan SMSM optimistis dengan prospek industri komponen otomotif sepanjang 2023. Hal ini didukung oleh tren penjualan kendaraan bermotor yang terus meningkat di dalam negeri.
Bahkan, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sempat merevisi proyeksi penjualan mobil nasional dari 975.000 unit menjadi 1.050.000 unit pada 2023.
Setali tiga uang, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) juga mengubah proyeksi penjualan motor dari 5,4 juta unit-5,6 juta unit menjadi 5,6 juta unit-5,8 juta unit pada tahun ini.
Wanny menilai, kenaikan target dari asosiasi-asosiasi produsen kendaraan roda dua dan roda empat mencerminkan kondisi pasar otomotif yang semakin membaik.
Tingginya permintaan terhadap mobil dan motor baru diharapkan berdampak positif bagi bisnis manufaktur komponen AUTO. “Kami upayakan kinerja bisnis manufaktur ini terus bertumbuh lebih baik dari periode sebelumnya,” jelas dia.
Sementara itu, pihak SMSM menganggap perubahan proyeksi penjualan kendaraan membawa dampak yang positif walau tidak terlalu signifikan bagi perusahaan tersebut. Ini mengingat SMSM lebih berfokus pada pasar replacement dan ekspor.
Terkait ekspor, SMSM akan lebih fokus memperkuat penetrasi ke pasar ekspor yang sudah ada saat ini. Kendati begitu, pada dasarnya perusahaan ini tetap membuka peluang untuk memperluas penjualannya ke negara-negara tujuan ekspor baru.
Per kuartal I-2023, sebagian besar ekspor SMSM mengarah ke kawasan Asia senilai Rp 328,33 miliar.
Baca Juga: Ini Penyebab Harga Sejumlah Model Mobil Honda Naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News