kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga singkong terus merambat naik


Rabu, 06 Juli 2011 / 08:57 WIB
Harga singkong terus merambat naik


Reporter: Bernadette Christina Munthe | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Harga ketela pohon alias singkong terus bergerak naik memasuki paruh ke dua tahun 2011 meskipun pergerakannya lebih lambat dari tahun lalu. Data Kementerian Perdagangan mencatat harga singkong di konsumen sudah naik 1,13% pada semester pertama 2011, dari harga rata-rata Januari Rp 2.988 per kilogram(kg) menjadi Rp 3.022 per kg pada Juni 2011.

Rhomy Irawan, Sekretaris II Asosiasi Petani Singkong Indonesia (Aspesindo) mengatakan saat ini kenaikan harga yang tinggi terjadi di petani singkong. Dari rata-rata harga singkong segar maksimal Rp 600 hingga Rp 650 per kg menjadi Rp 900 hingga Rp 1100 per kg, harga ini bervariasi tergantung pada jenis singkong dan akses kebun singkong.

"Harga di lahan mengalami kenaikan di luar dugaan kami, mungkin ini karena ada kenaikan permintaan. Tetapi kami juga masih mengamati apakah kenaikan ini hanya bersifat sementara karena ada spekulan atau akan stabil," kata Rhomy lewat sambungan telepon, Selasa(5/7).

Ketua I Masyarakat Singkong Indonesia Suhayo Husen mengatakan kenaikan harga ini didorong oleh permintaan yang tinggi baik dari industri dalam negeri maupun luar negeri. Husen menyebutkan permintaan Indofood atas singkong yang diolah setengah jadi menjadi chip saja mencapai 200.000 ton hingga 300.000 ton per tahun, padahal untuk menghasilkan 1 kg chip dibutuhkan sekitar 3,5 kg singkong segar.

Husen menyebutkan harga olahan singkong setengah jadi ini juga mengalami kenaikan dari rata-rata Rp 1.500 per kg pada Januari 2011 menjadi Rp 2.000 pada Juni lalu. Tingginya permintaan dan harga yang ditawarkan oleh industri pengolahan makanan berbahan baku singkong ini menurut Husen membuat produksi singkong semakin gencar.

"Orang-orang yang dulunya tidak menanam singkong sekarang jadi mau menanam singkong. Di Kalimantan Timur dibuka 600 Ha lahan singkong baru, di Sulawesi Tengah ada 600 Ha juga, lalu di Cianjur ada 3000 Ha," kata Husen ketika dihubungi Selasa(5/7).

Rhomy menyatakan memang terjadi penambahan lahan perkebunan singkong hingga 35% dari akhir tahun lalu karena faktor cuaca yang membuat para petani sayur beralih menanam singkong. Ia juga mengatakan Aspesindo sedang merintis budidaya singkong di Sukabumi yang diharapkan dapat meningkatkan produksi setempat hingga 50%.

Selain perluasan areal produksi, Husen menyatakan para petani anggota MSI juga menggunakan bibit singkong Darul Hidayah dan Singkong Manggu yang memiliki kemampuan produksi hingga 100 ton per hektar(Ton/Ha). Padahal bibit singkong biasa hanya memiliki kapasitas produksi 20 Ton/Ha. Husen mengatakan dengan penambahan ini, produksi ubi kayu tahun ini bisa mencapai 25 juta ton hingga 26 juta ton atau naik sekitar 10% dari produksi 2010 sebesar 23,9 juta ton.

Husen mengatakan potensi bisnis singkong ini masih terbuka lebar karena untuk industri dalam negeri saja membutuhkan rata-rata 1 juta ton tepung tapioka per tahun, padahal untuk menghasilkan 1 kg tepung tapioka diperlukan 3,5 kg singkong segar. Kebutuhan atas modified cassava flour (Mocaf) juga mencapai rata-rata 1 juta ton per tahun. Belum lagi permintaan ekspor chip singkong ke China yang 1 pabrik saja bisa membutuhkan hingga 4 juta ton singkong per tahun. Dari permintaan ini, menurut catatan MSI, Indonesia baru bisa memenuhi 5% saja atau sekitar 200.000 ton chip singkong.

Namun Rhomy mengkhawatirkan harga singkong segar bisa melorot kembali ke level maksimal Rp 700 jika pasokan melimpah dan permintaan tak beranjak naik dari posisi saat ini. Apalagi jika petani masih hanya menawarkan singkong segar saja, potensi bisnis ekspor bisa terlepas.

"Permintaan ekspor ke luar itu dalam bentuk olahan, sementara untuk mengadakan mesin pemotong dan pengering singkong itu membutuhkan biaya ratusan juta rupiah untuk satu mesin saja. Kalau untuk koperasi atau gabungan kelompok tani (Gapoktan) masih agak berat," kata Rhomy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×