kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Honda pasarkan wajah baru Scoopy


Rabu, 29 Maret 2017 / 22:28 WIB
Honda pasarkan wajah baru Scoopy


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pembaharuan produk jadi strategi penjualan bagi Agen Pemegang Merk (APM) otomotif. Terbaru, PT Astra Honda Motor (AHM) meluncurkan model terbaru sepeda motor skutik All New Honda Scoopy.

Scoopy versi anyar ini memiliki tiga varian dengan delapan pilihan warna. Harganya dibanderol Rp 17,8 juta on the toad (OTR) DKI Jakarta, naik Rp 575.000 dibandingkan Scoopy model lama.

Thomas J.A. Wijaya, Marketing Director PT AHM yakin, adanya varian baru dan fitur baru bisa mendorong pencapaian target penjualan tahun ini. "Tahun ini ditargetkan penjualan naik 20% jadi sekitar 55.000 unit per bulan," katanya di sela-sela peluncuran Honda Scoopy baru, Rabu (29/3).

Kata Thomas, dalam tiga tahun terakhir penjualan terus naik. Dari catatan AHM, pada 2015, penjualan 35.000 unit per bulan, kemudian di 2016 menjadi 45.000 unit per bulan.

Menurut Thomas, dari angka penjualan tahun lalu, motor Scoopy menyumbang 14%-15% terhadap total penjualan. Catatan saja, tahun lalu Honda menjual total 4,4 juta unit motor.

"Tahun ini kami prediksi penjualan kami akan sama. Tapi kontribusi Scoopy ini naik menjadi sekitar 15% sampai 16% dari total penjualan," kata Thomas.

Akan tetapi dari tiga bulan pertama ini, Thomas menilai, ada tiga hal utama membuat penjualan masih stagnan. Pertama, aturan OJK terkait SE No.1/SEOJK.05/2016 tentang Tingkat Kesehatan Keuangan Pembiyaaan. Sehingga ruang gerak pemasaran jadi terbatas dan masih ada sosialiasi ke pihak diler.

Kedua, masalah perubahan harga jual karena ada aturan Biaya Balik Nama (BBN) yang ditingkatkan pemerintah, sehingga mengerus daya beli. Ketiga, masalah cuaca buruk yang menyebabkan sektor pertanian menjadi tertunda panen. "Sehingga konsumen menengah ke bawah belum bisa banyak beli khususnya di Pulau Jawa," kata Thomas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×