Reporter: Sandy Baskoro, Adisti Dini Indreswari, Merlinda Riska, Adinda Ade Mustami | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Teknologi informasi berkembang begitu cepat. Berkah dari itu semua bisa tergambar dari mekarnya bisnis e-commerce. Di Indonesia, 50% pengguna internet mengakses lewat perangkat bergerak. Hal ini menjadikan industri iklan bergerak (mobile advertising) mendapat tempat tersendiri.
Seiring kemajuan teknologi informasi, bisnis e-commerce semakin diperhitungkan. Persatuan Periklanan Indonesia memprediksi total belanja iklan tahun ini mencapai Rp 124 triliun. Jumlah itu tumbuh 16% dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar Rp 107 triliun.
Nilai transaksi periklanan meningkat seirama dengan bertambahnya saluran dan media periklanan. Salah satu saluran iklan yang berprospek cerah adalah iklan digital. Belanja iklan digital memang masih minim, berkisar 3%-5% dari total belanja iklan. "Tapi iklan digital lebih potensial karena ditopang pertumbahan mobile advertising pada pengguna ponsel pintar dan perangkat bergerak lainnya," ungkap Ketua Umum Persatuan Periklanan Indonesia, Harris Thajeb, Selasa (30/4). Pertumbuhan iklan digital diproyeksikan mencapai 100% setiap tahun.
Anuj Khanna Sohum, Pendiri dan Ketua ad2c, biro media advertising dan marketing internasional menyatakan, industri pemasaran dan periklanan di Indonesia telah melebar ke platform online dan media sosial. Indonesia adalah pasar terbesar untuk ponsel pintar se-Asia Tenggara dan 50% pengguna internet Indonesia mengakses lewat perangkat bergerak. Sohum memprediksi mobile advertising di Indonesia di 2015 menembus US$ 100 juta.
Roy Simangunsong, Country Ambassador dan Direktur Penjualan Yahoo! Indonesia, menambahkan, bisnis iklan lewat perangkat bergerak di Indonesia akan terus mekar. Dia mencontohkan, para pengguna mobile di Yahoo! saat ini telah bertumbuh menjadi 300 juta pengguna dari 200 juta di tahun sebelumnya. "Perubahan platform ini tentu mendorong nilai belanja iklan digital," kata Roy. Selama ini pendapatan Yahoo! berasal dari iklan. Tahun lalu, pendapatan iklan Yahoo! di Indonesia tumbuh di atas 10%.
Melihat potensi ini, pasar bisnis e-commerce semakin marak. Demi menarik minat pasar, situs belanja online mulai gencar berpromosi, seperti Tokobagus.com. Kemudian ada Blibli.com, Tokopedia, Lazada, Rakuten, maupun Kaskus. Para pemain tersebut tampil dengan beragam skema dan karakter bisnis.
Lani Rahayu, Marketing Public Relations Manager forum jual beli Kaskus berpendapat, e-commerce masih terbilang baru di Indonesia. "Pelaku bisnisnya masih coba-coba, seperti apa sih karakter konsumen online di Indonesia," tutur dia, belum lama ini. Setiap bulan jumlah thread di Kaskus mencapai 800.000. Tapi Lani tidak tahu nilai transaksinya, sebab penjual dan pembeli bisa bertransaksi tanpa melalui Kaskus.
Adapula pemain e-commerce yang mengincar segmentasi khusus, misalnya membidik pasar fesyen, food & beverage, maupun pariwisata. Salah satu perusahaan jasa pariwisata yang mengincar kue e-commerce adalah Panorama Group.
Saat ini, Panorama Group menawarkan kemudahan bagi pelanggan dengan menyediakan transaksi e-commerce, yaitu Travelicious.co.id. Situs ini menyediakan diskon untuk perjalanan wisata. Adapula Rajakamar.com yang memudahkan pelanggan memesan hotel di seluruh Indonesia. (Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News