Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Serbuan buah apel impor asal China ke pasar Indonesia semakin banyak. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor apel segar dari China pada Januari-April 2011 sebesar US$ 41,96 juta. Nilai ini naik dibandingkan dengan periode Januari-April 2010 yang sebesar US$ 12,84 juta.
Hasan Widjaja, Ketua Asosiasi Eksportir Sayuran dan Buah Indonesia (AESBI) mengaku tidak terlalu kaget impor apel segar dari China semakin tinggi. Menurutnya, ada 3 faktor yang menyebabkan impor apel dari China kian banyak.
Pertama, harga apel China memang lebih murah ketimbang apel lokal. Para pedagang di tingkat bawah bisa menjual apel fuji asal China dengan harga sekitar Rp 15.000 per kilogram (kg). Bandingkan dengan harga apel lokal asal Malang yang harganya bisa mencapai Rp 17.000-Rp 20.000 per kg.
Hal itu diperkuat oleh rasa apel fuji China yang lebih manis ketimbang apel lokal. Tampilan luar dan kemasan apel China pun lebih menarik ketimbang apel lokal. Faktor ini sedikit banyak merangsang konsumen Indonesia lebih memilih apel China ketimbang apel produksi dalam negeri sendiri. Imbasnya, permintaan apel asal China kian tinggi.
Distribusi apel China juga sudah sangat menggurita. Hasan bilang, agen-agen dan distributor apel China dan buah impor lainnya sudah ada di seluruh daerah di Indonesia. Ini membuat pemasaran apel China bisa menyentuh masyarakat dari seluruh lapisan ekonomi di banyak daerah. "Masyarakat sudah sangat familiar dengan apel impor," ujar Hasan.
Pasokan apel impor asal China juga sudah sangat masif. Para pedagang bisa mendapatkan pasokan apel China sepanjang tahun tanpa harus terkendala musim. Kondisi produksi apel lokal berbanding terbalik dengan apel China.
Produksi apel Malang misalnya tidak bisa dilakukan sepanjang tahun karena masih tergantung pada kondisi cuaca. Akibatnya, pasokan apel melimpah pada saat panen tapi sangat minim ketika musim paceklik. "Pasokannya sering jomplang," kata Hasan.
Ria Munik, Pemilik agen buah online "Supplierbuah.com", mengamini pendapat Hasan. Ia mengaku lebih memilih untuk menjual apel China karena pasokannya aman sepanjang tahun. "Kalau mengandalkan apel lokal kita tidak akan bisa memenuhi permintaan konsumen," tutur Ria.
Sebagai informasi, Ria biasa memasok apel ke restoran, hotel dan supermarket di Jakarta. Saban bulan, Ria bisa memasok 100 karton apel fuji asal China, dengan volume sekitar 9-11 kg per karton.
Hasanudin Ibrahim, Direktur Jenderal Holtikultura Kementerian Pertanian (Kementan) mengatakan, apel memang jenis buah yang lebih cocok dikembangkan pada wilayah beriklim sub tropis, bukan wilayah tropis seperti Indonesia. Negara tropis seperti Indonesia memang masih bisa mengembangkan apel, tapi harus di daerah dataran tinggi seperti Malang.
Kawasan terintegrasi harus dibentuk
Melihat kian tingginya serbuan apel impor, Hasan mengusulkan agar pemerintah membentuk kawasan budidaya buah yang terintegrasi di beberapa daerah guna menjamin pasokan buah lokal sepanjang tahun.
Menurutnya, banyak daerah yang memiliki potensi dan tanaman buah unggulan. Malang misalnya, sudah memiliki lahan budidaya apel yang cukup luas. Magelang juga memiliki lahan perkebunan salak sebanyak 4.000 hektare.
Sayangnya, potensi-potensi itu belum digarap secara serius dan terintegrasi. Hasan bilang, pemerintah harus mencontoh China yang membuat kawasan-kawasan khusus budidaya buah dan sayuran.
Mereka mengembangkan budidaya buah sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. "Ada kota yang khusus budidaya apel, sementara kota lainnya budidaya jeruk. Akibatnya, pasokan mereka stabil sepanjang tahun," tutur Hasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News