Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Asahan Alumunium Persero (Inalum) semakin serius menggandeng PT Pertamina dalam pembangunan pabrik Calcined Petroleum Coke (CPC). Kedua perusahaan menjadwalkan penandatanganan Head of Agreement (HOA) Oktober ini.
"Yang jelas targetnya dalam waktu dekat ini," kata Sekretaris Perusahaan Inalum, Ricky Gunawan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (3/10).
Adapun jointe venture alias usaha patungan ini akan menghasilkan anak usaha, di mana manajemen Pertamina mengempit 75% saham dan 25% untuk Inalum. Ricky menerangkan, kesepakatan besaran saham masih belum dipastikan, namun kelihatannya tidak jauh berbeda dengan penjelasan tersebut.
Kawasan pabrik kemungkinan dibangun di Kota Dumai, Riau, di wilayah pabrik Pertamina. Di sana, Pertamina memiliki satu kilang pengolahan minyak (referinery) unit II.
Inalum menargetkan, pembangunan pabrik CPC bisa selesai tahun 2019. "Diharapkan, pembangunan bisa dimulai tahun depan, dan produksi komersil sudah dimulai di 2019 nanti," tukasnya.
Mengenai besar nilai investasi, Ricky mengaku hal tersebut masih dalam pembahasan. Namun, ia memastikan nilainya tidak terlalu besar. "Begitu pula dengan kapasitas pabrik tersebut, yang jelas kapasitas akan berangsur dinaikkan setelah mulai berproduksi," urai Ricky.
CPC digunakan untuk memproduksi anoda, diman anoda akan mengelektrolisasi dan menghasilkan alumina cair. Dalam biaya produksi alumunium, kata Ricky, CPC mempunyai porsi 10-15%. Adapun harganya saat ini berada di kisaran US$ 400-500 per ton.
Dengan adanya pabrik ini, Inalum ingin menjamin pasokan bahan baku CPC yang selama ini diimpor dari Australia dan Kuwait. Apakah semua produksi pabrik joint venture ini akan diserap Inalum? Ricky mengatakan bahwa kemungkinan mekanismenya sesuai dengan kepemilikan saham.
"Tapi seandainya harga CPC yang diproduksi kompetitif, tentu kami bisa serap banyak," terangnya. Inalum menargetkan sampai dengan 2021 produksi alumuniumnya tembus 500.000 ton, di saat itu jumlah CPC yang dibutuhkan sekitar 300.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News