Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam jangka lima tahun ke depan, PT Indika Energy Tbk (INDY) menargetkan pendapatan dari bisnis non batubara bakal berkontribusi 25% dari total pendapatan, oleh karena itu mereka terus mendiversifikasi bisnis.
Salah satunya dengan merambah ke bisnis pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Cirebon unit II melalui anak usahanya yakni PT Cirebon Electric Power. Head of Corporate Communication INDY, Leonardus Herwindo menjelaskan pengerjaan proyek PLTU Cirebon II saat ini berjalan sesuai rencana.
“Hingga Mei 2019, pengerjaan konstruksi telah mencapai 27%, sementara progres secara keseluruhan telah mencapai 45%,” ujarnya pada Kontan, Senin (10/6).
Ia bilang, pihaknya menargetkan PLTU Cirebon II akan mulai beroperasi pada Februari 2022 mendatang. Selanjutnya, PLTU ini akan menerapkan teknologi ultra super-critical, teknologi ramah lingkungan yang mampu meningkatkan efisiensi pembakaran batubara hingga 40%.
Sebagai informasi, nilai investasi untuk pengerjaan PLTU Cirebon II ini sebesar US$ 2,2 miliar. Yang mana sumber pendanaannya berasal dari kas internal dan pinjaman bank yaitu Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Korea Eximbank (Kexim), dan Nippon Export and Investment Insurance (NEXI).
Selain itu, emiten berkode saham INDY ini juga tengah membangun fuel storage di Kalimantan Timur. Leo mengungkapkan sejak awal tahun ini INDY melalui PT Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE) telah memulai persiapan konstruksi pembangunan fuel storage di Kariangau, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Saat ini progres pembangunannya berada dalam tahap konstruksi tangki, jetty dan berbagai infrastruktur pendukung lainnya. Nantinya KGTE akan memiliki dan mengoperasikan terminal ini guna mendukung aktivitas penyimpanan dan pengiriman bahan bakar.
“Kami targetkan pembangunan fuel storage ini akan rampung pada semester kedua tahun 2020,” ungkapnya.
Ia mengaku untuk sekarang ini perusahaan fokus terhadap penyelesaian pembangunan konstruksi fuel storage di Kariangau, Kalimantan Timur tersebut. Meski demikian, sambungnya, pihaknya terus menjajaki peluang-peluang usaha lain yang feasible dan sesuai dengan kompetensi yang mereka miliki.
Untuk lini bisnis tambang non batubara, Indika Energy memiliki porsi kepemilikan di Proyek Emas Awak Mas sebesar 19,9% dan belum berencana untuk memperbesar porsi kepemilikan tersebut.
“Proyek Awak Emas tengah berada pada proses feasibility study yang rencananya akan ditingkatkan ke tahap bankable feasibility study. Kami juga telah membuka diskusi dengan beberapa perbankan sehingga proses financing dapat berjalan seiring dengan proses study yang saat ini tengah berlangsung,” paparnya.
Pada kuartal kedua ini, ia menjelaskan INDY akan terus menjajaki peluang-peluang usaha lainnya dengan melakukan diversifikasi bisnis khususnya di bidang non-batubara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News