Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kendati penjualan naik, emiten farmasi PT Indofarma Tbk masih mencatat kerugian. Sampai dengan kuartal ketiga 2016, emiten berkode saham INAF di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut mencatatkan kerugian sebesar Rp 30,4 miliar. Meski begitu, nilai kerugian tersebut turun 4,7% ketimbang rugi periode yang sama tahun 2015.
Dengan torehan kinerja sampai September tersebut, manajemen INAF memutuskan untuk merevisi target. Jika awal tahun, Indofarma optimistis membidik target penjualan Rp 2 triliun, target tersebut di pangkas menjadi Rp 1,8 triliun. “Kami berharap bisa mendapat laba tahun ini," kata Yasser Arafat, Sekretaris Perusahaan Indofarma saat dihubungi KONTAN, Kamis (3/11).
Untuk diketahui, target laba Indofarma awal tahun lalu adalah Rp 30 miliar. Merujuk laporan keuangan kuartal III-2016, penjualan bersih INAF tercatat senilai Rp 868,6 miliar atau naik 9,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 795,4 miliar.
Bila diperinci, penjualan domestik tercatat senilai Rp 861,44 miliar atau naik 9,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 787 miliar.
Adapun penyumbang penjualan terbesar Indofarma berasal dari penjualan obat ethical sebesar Rp 542,6 miliar. Sementara penjualan alat kesehatan dan diagnostik justru turun menjadi Rp 299,2 miliar. Angka ini turun 6,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 319 miliar.
Begitu juga dengan ekspor Indofarma yang turun 14,2% di kuartal III-2016 menjadi Rp 7,2 miliar ketimbang ekspor periode yang sama tahun 2015 senilai Rp 8,4 miliar. Adapun penyebab kerugian Indofarma terlihat pada tingginya beban pokok penjualan yang naik 8,8% menjadi Rp 641 miliar di kuartal III-2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News