Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan), tampaknya, belum memiliki konsep yang matang dalam pengembangan sapi dalam negeri.
Hal ini terlihat dari simpang siurnya program pengembangan sapi nasional.
Di satu sisi, pemerintah ingin mengembangkan sapi dalam negeri melalui impor sapi indukan. Namun, di sisi lain, Kemtan juga mewacanakan mengganti pola impor sapi indukan dengan mengimpor sperma sapi saja.
Kabar terbaru, Kemtan tengah menjajaki program pengembangan sapi dalam negeri dengan mengimpor sperma sapi atau semen beku dari Spanyol.
Penjajakan impor sperma beku ini telah dibicarakan dan ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Kemtan dan Duta Besar Spanyol yang bertandang ke Kemtan Selasa (24/5).
Dalam pertemuan tersebut, Dubes Spanyol dengan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyepakati mulai dua bulan ke depan, Indonesia akan mendatangkan sperma beku sapi dari negeri Matador.
"Kami akan upayakan impor dalam satu atau dua bulan ke depan tergantung kesiapan dari mereka (Spanyol). Kami sudah tanda tangan dan langsung tindak lanjuti," ujar Amran usai menerima dubes Spanyol di Kantornya, Selasa (24/5).
Amran menambahkan, Kemtan akan mengimpor semen beku dalam jumlah yang besar. Sebagai gambaran, ia bilang, saat ini Indonesia memiliki kurang lebih 4 juta ekor sapi indukan. Nantinya, Kemtan akan melakukan inseminasi buatan (IB) terhadap sapi indukan tersebut.
Tingkat keberhasilan IB ini mencapai 90%. Kelebihan IB ini, sapi indukan dalam negeri dapat melahirkan sapi dengan bobot tiga kali lebih besar dari sapi lokal. "Bobotnya tiga kali lipat sapi lokal, sama seperti Sapi Brahman Limosin," tambah Mentan.
Menurut Amran, ketimbang bergantung pada impor sapi indukan, lebih baik Kemtan membeli sperma sapi karena lebih menguntungkan.
Untuk ke depan, Kemtan tidak lagi mengimpor sapi indukan, tapi cukup mengimpor sperma sapi saja dengan harga murah sekitar Rp 50.000 per ekor. Sementara kalau sudah lahir jadi sapi, harganya bisa mencapai Rp 7 juta hingga Rp 8 juta per ekor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News