kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Indonesia kalahkan pasar ritel Singapura


Rabu, 08 Juni 2016 / 13:20 WIB
Indonesia kalahkan pasar ritel Singapura
ILUSTRASI.


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Indonesia mengalahkan Singapura dan berada di posisi kelima dunia dalam Global Retail Development Index (GRDI) 2016 versi AT Kearney.

Secara keseluruhan, Asia menjadi pemenang regional. Empat dari lima negara teratas datang dari Asia dengan rincian China (1), India (2), Malaysia (3), dan Indonesia (5).

Keberadaan empat negara di posisi teratas itu disebabkan kombinasi antara populasi yang besar dengan tingginya pertumbuhan ritel.

Resmi diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang menciptakan pasar sebesar 2,6 triliun dollar Amerika Serikat (AS) dengan populasi mencapai lebih dari 622 juta jiwa merupakan batu loncatan penting dalam pertumbuhan pasar ritel Asia meskipun implementasinya memerlukan proses yang panjang.

Selain itu, adanya Kemitraan Trans Pasifik atau Trans-Pacific Partnership (TPP) diyakini mampu meningkatkan PDB beberapa negara di Asia termasuk Vietnam (11) dan Malaysia.

Sektor e-commerce yang terus tumbuh di Asia juga menjadi faktor tingginya posisi negara-negara di Asia dalam GDRI 2016. Pertumbuhannya meningkat 35,7 persen pada 2015 hingga mencapai 878 miliar dollar AS.

Asia tak hanya menjadi pasar terbesar e-commerce, tetapi juga memegang saham mayoritas dalam penjualan online global dengan 52,5 persen.

Yang mencengangkan, Singapura tidak berhasil masuk ke dalam 30 besar negara dengan pasar ritel paling bertumbuh di dunia.

Padahal, PDB Singapura didominasi oleh pasar ritelnya yang menjadi destinasi favorit banyak orang.

Orchard Road yang merupakan sabuk belanja Singapura kini tak lagi menjadi destinasi belanja turis-turis dari China, Malaysia, Vietnam, dan bahkan Indonesia.

Selain karena melemahnya ekonomi, sepinya pusat perbelanjaan, dan komersial di Singapura juga disebabkan minimnya minat belanja turis-turis yang datang ke negara kota ini.

Tujuan investasi

Indonesia dengan Jakarta-nya muncul sebagai tujuan investasi banyak pengusaha global.

Raksasa-raksasa properti macam Hongkong Land, AEON Group, Toyota Group, dan Crown Group telah lama memosisikan Indonesia dalam radar investasi mereka.

Terpuruknya pasar ritel Singapura bisa menjadi berkah tersendiri bagi Indonesia. Pasalnya, para pengelola mal di sini bisa menggarap dan memperluas pasar yang selama ini berbelanja di sana secara bebas pajak atau tax free shopping (TFS).

Associate Director Retail Service Colliers International Indonesia Steve Sudijanto mengatakan bahwa perlu ada strategi lebih kreatif dalam hal mendatangkan dan memadupadankan para peritel yang paling diminati masyarakat.

Selain itu, secara fisik, bangunan pusat belanja juga harus terus-menerus diperbarui (refurbishment) agar menarik minat kunjungan.

Demikian halnya dengan China. Perlambatan ekonomi dan tindakan keras korupsi di negaranya sehingga membuat mereka kurang bernafsu membeli barang-barang mewah sebagaimana tahun-tahun sebelumnya saat Singapura masih booming sebagai surga belanja.

Oleh sebab itu, China lebih memilih mengembangkan sendiri pasar ritel domestiknya ketimbang terus menerus berkontribusi terhadap ritel Singapura.

Hasilnya, China menempati peringkat pertama pasar ritel paling berkembang di dunia berdasarkan GDRI 2016 meskipun tengan mengalami perlambatan ekonomi.

Di samping perlambatan pertumbuhan ekonomi China, raihan posisi pertamanya di GRDI 2016 menunjukkan bahwa China masih menjadi pasar ritel paling atraktif.

"Sebabnya, kini ekonomi mereka bergeser dari model dorongan investasi menjadi model konsumsi masyarakat," kata salah satu peneliti sekaligus mitra A.T Kearney, Hana Ben-Shabat.

Selain itu, China sendiri juga tengah membangun mal-mal mewah, dan bahkan telah menyiapkannya sebagai surga bebas bea cukai di titik-titik panas wisata lokal guna mengangkat konsumsi turis dan memacu pariwisata domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×