kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri keramik antisipasi harga gas


Senin, 03 September 2012 / 07:54 WIB
Industri keramik antisipasi harga gas
ILUSTRASI. Suasana sepi di jalan protokol ibukota terlihat di kawasan Sudirman dan Kuningan, Jakarta, Selasa (20/7/2021). Pemerintah memperpanjang kebijakan PPKM Darurat hingga 25 Juli 2021. KONTAN/Fransiskus SImbolon


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Untuk mengakali meningkatnya biaya produksi akibat kenaikkan harga gas, industri keramik domestik mulai berbenah. Tujuannya adalah supaya penurunan laba perusahaan bisa di tekan.

Salah satunya adalah PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA). Perusahaan keramik lokal ini sudah menerapkan strategi efisiensi energi lewat cara hit recovery. Malah, Arwana sudah menginvestasikan teknologi penghemat penggunaan energi ini sejak tiga tahun lalu. "Kami sudah mengantisipasi kenaikkan biaya produksi dengan efisiensi pemakaian energi hit recovery sehingga uap gas yang telah terpakai bakal kami manfaatkan lagi," kata Felix Hibono, Vice President Corporate Affairs Arwana Citramulia kepada KONTAN Minggu (2/9).

Dengan penerapan strategi ini, pemakaian energi Arwana bisa dihemat 25%. Sehingga laba perusahaan bisa dijaga meski ada kenaikkan harga gas sebesar 35% bulan ini.

Dia bilang, dengan strategi penghematan ini, maka perusahaan memiliki potensi untuk menjaga marjin sebesar 12,3% hingga akhir tahun ini. Marjin tersebut diraih selama semester pertama lalu, dan diyakini bisa bertahan hingga tutup tahun ini meski ada peningkatan beban biaya.

Arwana juga melakukan peningkatan utilisasi pabrik mereka hingga nyaris mencapai 100% dan inovasi produk dengan varian-varian baru. Hal ini dinilai mampu menjaga penjualan Arwana sehingga berdampak positif bagi peningkatan laba. "Langkah ini sesuai dengan rencana pertumbuhan berkelanjutan lewat upgrade mesin produksi dengan teknologi terbaru," ujarnya.

Hasil dari efisiensi energi ini sudah terlihat. Hingga semester pertama tahun ini, Arwana mencatatkan penjualan sebesar Rp 527,8 miliar. Jumlah itu meningkat dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 468,3 miliar. Laba bersih perusahaan pun meningkat dari Rp 59,56 miliar menjadi Rp 65,02 miliar.

Namun, Felix bilang perusahaan akan terus memantau efek kenaikkan harga gas ini. Bila peningkatan biaya belum bisa ditutup oleh efisiensi yang dilakukan perusahaan, maka langkah menaikkan harga menjadi salah satu opsi. "Besarannya belum bisa dipastikan, yang pasti itu langkah terakhir," tuturnya.

Lain lagi PT Intikeramik Alamsari Industri Tbk (IKAI).Mereka berencana meningkatkan utilisasi produksi untuk meminimalisir dampak kenaikkan harga gas. Pasalnya saat ini utilitas produksi Intikeramik baru mencapai 30% dari total kapasitas produksi yang mencapai 6,6 juta m2 per tahun.

Sekretaris Perusahaan Intikeramik, Vincentius mengatakan lewat langkah ini perusahaan memproyeksi dapat meningkatkan pejualan hingga 30%. "Hal ini akan meningkatkan kinerja usaha. Kami berbicara dengan Gas Negara untuk meminta tambahan pasokan gas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×