Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Untuk mengakali meningkatnya biaya produksi akibat kenaikkan harga gas, industri keramik domestik mulai berbenah. Tujuannya adalah supaya penurunan laba perusahaan bisa di tekan.
Salah satunya adalah PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA). Perusahaan keramik lokal ini sudah menerapkan strategi efisiensi energi lewat cara hit recovery. Malah, Arwana sudah menginvestasikan teknologi penghemat penggunaan energi ini sejak tiga tahun lalu. "Kami sudah mengantisipasi kenaikkan biaya produksi dengan efisiensi pemakaian energi hit recovery sehingga uap gas yang telah terpakai bakal kami manfaatkan lagi," kata Felix Hibono, Vice President Corporate Affairs Arwana Citramulia kepada KONTAN Minggu (2/9).
Dengan penerapan strategi ini, pemakaian energi Arwana bisa dihemat 25%. Sehingga laba perusahaan bisa dijaga meski ada kenaikkan harga gas sebesar 35% bulan ini.
Dia bilang, dengan strategi penghematan ini, maka perusahaan memiliki potensi untuk menjaga marjin sebesar 12,3% hingga akhir tahun ini. Marjin tersebut diraih selama semester pertama lalu, dan diyakini bisa bertahan hingga tutup tahun ini meski ada peningkatan beban biaya.
Arwana juga melakukan peningkatan utilisasi pabrik mereka hingga nyaris mencapai 100% dan inovasi produk dengan varian-varian baru. Hal ini dinilai mampu menjaga penjualan Arwana sehingga berdampak positif bagi peningkatan laba. "Langkah ini sesuai dengan rencana pertumbuhan berkelanjutan lewat upgrade mesin produksi dengan teknologi terbaru," ujarnya.
Hasil dari efisiensi energi ini sudah terlihat. Hingga semester pertama tahun ini, Arwana mencatatkan penjualan sebesar Rp 527,8 miliar. Jumlah itu meningkat dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 468,3 miliar. Laba bersih perusahaan pun meningkat dari Rp 59,56 miliar menjadi Rp 65,02 miliar.
Namun, Felix bilang perusahaan akan terus memantau efek kenaikkan harga gas ini. Bila peningkatan biaya belum bisa ditutup oleh efisiensi yang dilakukan perusahaan, maka langkah menaikkan harga menjadi salah satu opsi. "Besarannya belum bisa dipastikan, yang pasti itu langkah terakhir," tuturnya.
Lain lagi PT Intikeramik Alamsari Industri Tbk (IKAI).Mereka berencana meningkatkan utilisasi produksi untuk meminimalisir dampak kenaikkan harga gas. Pasalnya saat ini utilitas produksi Intikeramik baru mencapai 30% dari total kapasitas produksi yang mencapai 6,6 juta m2 per tahun.
Sekretaris Perusahaan Intikeramik, Vincentius mengatakan lewat langkah ini perusahaan memproyeksi dapat meningkatkan pejualan hingga 30%. "Hal ini akan meningkatkan kinerja usaha. Kami berbicara dengan Gas Negara untuk meminta tambahan pasokan gas," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News