kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri perfilman berpeluang maju di era new normal


Sabtu, 15 Agustus 2020 / 19:08 WIB
Industri perfilman berpeluang maju di era new normal
ILUSTRASI. A couple talks to a staffer as they buy tickets for watching movies at CGV Cinemas Cultureplex in Jakarta, Indonesia, February 22, 2019. Picture taken February 22, 2019. REUTERS/Willy Kurniawan


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia perfilman dan komik nasional dinilai berpeluang dan prospektif untuk berkembang lebih maju di era adaptasi kebiasaan baru.

Plt. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Frans Teguh, mengatakan untuk mengadaptasi komik menjadi film nasional diperlukan kecermatan dalam melihat peluang yang ada.

“Film dan komik di Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan. Untuk itu pelaku usaha kreatif komik dan film harus saling bersinergi menciptakan kolaborasi guna melihat berbagai peluang yang nantinya bisa diimplementasikan,” kata Frans Teguh dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Sabtu (15/8).

Baca Juga: Film Mulan rilis trailer baru yang semakin menarik, segera tayang perdana di Disney+

Selain itu Frans Teguh mengatakan pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan satu poin dengan dua sisi. Pada satu sisi dapat mengeksplorasi karakter-karakter nusantara di sebuah daerah yang memiliki potensi pariwisata.

Sehingga nantinya bisa menciptakan daya tarik wisata baru. Tidak hanya menampilkan keindahan alam tetapi juga menghadirkan cerita atau nilai yang berkaitan dengan destinasi wisata tersebut.

Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan masukan serta saran bagi para komikus untuk dapat berkolaborasi dengan para sineas film di Indonesia.

Produser, Celerina Judisari, mengatakan peluang bisa ditangkap dari dua tahapan yakni pembaca dan penonton film.

“Ketika komik tervisualisasikan dalam bentuk film, pembaca lama perlu kita gandeng kembali. Karena akan ada ada transisi-transisi di antara pembaca lama dan pembaca baru yang harus disiasati oleh produser, bagaimana hal tersebut dapat ditangkap sebagai peluang yang akhirnya bisa dimasukkan ke dalam kantong jumlah penonton. Karena di Indonesia yang dilihat adalah jumlah penontonnya,” jelas Celerina.

Selain itu, peluang bisa di dapatkan dari investor atau sponsor. Seperti contohnya Satria Dewa Studio yang menaungi film Gatotkaca. Film ini memiliki format yang berbeda dari Bumi Langit Universe yang menaungi Gundala.

Baca Juga: Nobar hemat bersama GoPlay Rental hanya Rp 15.000 hingga Rp 29.000 per konten

Bumi Langit di latar belakangi oleh Screenplay Productions yang notabene sudah kuat di industri perfillman. Sementara, Satria Dewa Studio adalah pemain baru yang berhasil mendapatkan investor atau sponsor terlebih dahulu, untuk membiayai film Gatotkaca. Sehingga bisa membuka peluang lebih cepat.

Peluang juga bisa diperoleh dengan ada saluran distribusi atau platforms. Seperti, Wirosableng yang bekerja sama dengan 20th Century Fox. Sehingga distribusinya bisa dilakukan secara global. Sebagai produser tentu harus melihat komik dalam jangka panjang.

“Ketika produser akan merilis film, harus mencari lokomotifnya. Harus memilih karakter yang kuat untuk bisa menarik perhatian target penonton,” kata Celerina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×