Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kelapa sawit Indonesia berpeluang mendapat penambahan nilai sekitar Rp 130 triliun apabila proaktif melakukan mitigasi perubahan iklim global. Orbitas, lembaga asal Amerika Serikat yang berfokus meneliti risiko transisi iklim dalam kajian terbarunya berjudul "Climate Transition Risk Analyst Brief, Indonesia Palm Oil" menyebutkan, pelaku industri di Tanah Air akan mendapat manfaat dari transisi iklim jika menerapkan model produksi yang berkelanjutan.
Laporan ini mengungkap transisi iklim akan berdampak besar pada bisnis minyak kelapa sawit (CPO) sebagai komoditas ekspor utama Indonesia. CEO of Climate Advisers UK and the Managing Director of Orbitas, Mark Kenber menjelaskan terdapat beberapa risiko yang mungkin akan dihadapi perusahaan sawit akibat transisi iklim. “Perubahan kebijakan dan hukum, inovasi dan teknologi, serta perubahan pasar akan terjadi sebagai respon atas transisi iklim. Seluruh sektor yang terkoneksi dalam perdagangan global akan terdampak termasuk kelapa sawit,” ujar Mark dalam webinar sesi Sustainability Action for The Future Economy (SAFE), Jumat (27/8/).
Meski peluangnya cukup besar, risiko yang ditimbulkan jika bisnis sawit tidak dikelola secara berkelanjutan justru lebih besar. Laporan ini menunjukkan 76% lahan konsesi yang belum ditanami dan 15 persen konsesi yang sudah ditanami berisiko menjadi aset terdampar (stranded assets). Kemampuan produsen sawit untuk mengelola risiko ditentukan oleh: kemampuan menghasilkan panen, kemampuan adaptasi pada perubahan, akses modal, dan efisiensi operasional.
Mark menjelaskan terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan sawit di Indonesia. Hal tersebut dapat diperoleh dengan melakukan konservasi dan restorasi hutan secara masif, intensifiasi produktifitas lahan, dan menerapkan bio-methan capture dalam produksi CPO sebagai substitusi penggunaan bahan bakar fosil di sektor industri hingga transportasi.
Managing Director, Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement, Sinar Mas Agribusiness & Food, Agus Purnomo menyebutkan bahwa selama ini perusahaan telah berupaya menerapkan sawit berkelanjutan dengan beradaptasi pada tantangan perubahan iklim. “Ada empat strategi yang kami lakukan untuk menghadapi dampak transisi iklim yakni menggunakan bibit unggul (high-yielding seeds) untuk mengatasi penurunan produktifitas, memperbaiki kawasan di sekitar sungai dan mencegah terjadinya kekeringan dan banjir, menerapkan teknologi water footprint yakni vertigasi melalui pipa-pipa yang meneteskan air di daerah kering, dan mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan,” katanya. Ia juga menyebut pihaknya selama ini telah melibatkan 87 ribu petani swadaya masuk ke dalam rantai pasok dan melakukan berbagai upaya mendukung produktivitas mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News