kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Sawit Topang Perekonomian Nasional, Mentan: Pemerintah All Out Dukung Gapki


Sabtu, 04 Maret 2023 / 12:45 WIB
Industri Sawit Topang Perekonomian Nasional, Mentan: Pemerintah All Out Dukung Gapki
Musyawarah Nasional (Munas) XI Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 6, Jakarta Pusat, Jumat (03/03/2023).


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan pemerintah all out mendukung Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dalam pengembangan industri sawit berkelanjutan. 

Termasuk program percepatan sawit rakyat yang harus dilaksanakan secara sinergis antara pemerintah, pelaku usaha, dan petani kelapa sawit.

“Presiden, wapres, dan menteri all out mendukung Gapki untuk menjaga industri sawit nasional. Termasuk mempercepat realisasi peremajaan sawit rakyat,” kata Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam Pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) XI Gapki di Istana Wapres, seperti dikutip dari siaran pers, (Jumat 3/3).

Baca Juga: Wapres Ma’ruf Amin Sebut Industri Kelapa Sawit Salah Satu Pilar Penting Ekonomi RI

Syahrul menegaskan, sawit terus menjadi penopang dan andalan perekonomian nasional di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global. Komoditas strategis nasional ini memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi kinerja ekspor Indonesia.

Berdasarkan data sementara Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor pertanian Januari-Desember 2022 sebesar Rp 640,56 triliun atau naik 3,93% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. 

Sub sektor perkebunan terus menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar Rp 622,37 triliun (97,16%). 

Ekspor komoditas perkebunan yang melonjak pada 2022 paling besar disumbang oleh komoditas kelapa sawit dengan nilai Rp 468,64 3 triliun (75,30%). 

“Hal ini menunjukkan bahwa peluang ekspor komoditi perkebunan di antaranya kelapa sawit sebagai salah satu sumber devisa negara masih terus meningkat,” kata Syahrul. 

Baca Juga: Buka Munas Gapki, Wapres Sampaikan Langkah Pengembangan Sawit Berkelanjutan

Menurut Syahrul, kontribusi kelapa sawit tersebut ditopang dari luas areal tutupan kelapa sawit nasional yang telah mencapai 16,38 juta hektar (ha), di mana sekitar 6,9 juta ha merupakan milik pekebun sawit rakyat. 

“Namun kondisi kebun sawit rakyat kita terus menghadapi tantangan besar terkait produktivitas dan capaian peremajaan,” katanya. 

Syahrul menjelaskan, kemitraan antara perusahaan kelapa sawit besar (swasta dan BUMN) dengan perkebunan rakyat harus diperkuat. Kemitraan ini akan mendorong peningkatan produktivitas kebun sawit rakyat, salah satunya melalui program peremajaan sawit rakyat (PSR).

Setiap tahun program PSR ditargetkan seluas 180.000 ha yang tersebar di 21 provinsi sentra kelapa sawit. “Gapki harus dapat mengambil bagian dalam menyukseskan program tersebut,” kata Mentan. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan pihaknya sebagai asosiasi sektor hulu perkebunan kelapa sawit merupakan mitra pemerintah. 

Gapki tetap fokus untuk terus menjaga dan mendorong kemajuan industri sawit dan tetap mampu memberikan kontribusi yang maksimal dalam menyediakan lapangan kerja dan sumbangan devisa.

Baca Juga: Stok CPO Menumpuk Akibat Turunnya Permintaan di Pasar Ekspor

Ini terbukti selama tiga tahun masa pandemi, industri sawit dapat cepat kembali pulih dalam menghadapi pelambatan pertumbuhan ekonomi. “Selama pandemi,  tidak ada pemutusan hubungan kerja di industri sawit,” kata Joko.

Menurut Joko, perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki komitmen dan konsisten dalam membangun dan memperkuat kemitraan khususnya kemitraan dengan petani sawit. 

“Kemitraan dengan petani sawit adalah suatu keniscayaan, perusahaan dan petani adalah satu rantai pasok yang tidak bisa dipisahkan. Kalau harga TBS turun dan petani susah, maka perusahaan juga susah karena harga CPO pasti turun, begitu juga sebaliknya,” paparnya. 

Kemitraan menjadi semakin penting bahkan mendesak saat ini terutama karena pentingnya peningkatan produktivitas kebun milik petani. Gerakan peningkatan produktivitas kebun rakyat ini dilakukan dengan program peremajaan sawit rakyat (PSR). 

Baca Juga: Ekspor CPO Wajib Melalui Bursa Berjangka Komoditi

Perusahaan perkebunan, kata Joko, akan mengambil bagian dalam program ini melalui kemitraan dengan petani baik dalam program PSR maupun teknis budidaya bagi yang belum PSR. 

“Kami yakin program PSR ini sejalan dengan prioritas pemerintah saat ini yaitu penurunan kemiskinan ekstrim, penurunan stunting dan menggiatkan investasi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×