kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri semen swasta minta support logistik


Minggu, 01 Oktober 2017 / 19:01 WIB
Industri semen swasta minta support logistik


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Sejak ide semen satu harga dilontarkan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Jajaran Kementerian dengan Sinergi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bergotong royong mewujudkan hal tersebut.

Kementerian BUMN mengaku kesulitan untuk bisa mengatur menekan tingginya harga semen, khususnya di Indonesia Timur. Namun, selisih harga antardaerah mulai mengecil, seiring Program Tol Laut yang dicanangkan pemerintah merangkul PT Pelni dengan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), Keduanya bekerjasama memecahkan mahalnya biaya distribusi semen tersebut.

Ketua Asosiasi Semen Indonesia, Widodo Santoso, mengatakan, pengiriman logistik melalui jalur laut merupakan sarana transportasi yang paling efisien dibandingkan dengan menggunakan jalur udara. Tol laut baginya akan berdampak positif bagi penurunan harga semen, khususnya di Indonesia Timur.

Sementara itu, Rachmat Kaimuddin, Managing Director PT Semen Bosowa mencermati teknis pelaksanaan program tersebut. Menurutnya, semen selama ini didistribusikan oleh mekanisme pasar, di mana distribusi ialah komponen paling besar jika mengirimkan semen ke Papua.

“Jika pemerintah ingin harga semen di Indonesia Timur lebih terjangkau ke masyarakat sebaiknya pemerintah bekerja sama dengan industri semen nasional untuk menekan biaya distribusi tersebut,” tukas Rachmat kepada KONTAN (1/10). Dalam hal ini Rachmat menekankan, tidak hanya fungsi BUMN namun juga andil dari swasta.

“Karena kapasitas BUMN semen terbatas, tentu butuh swasta juga,” ujar Rachmat. Dia optimistis kebijakan pemerintah pasti akan didukung oleh industri asalkan kebijakan tersebut juga dapat memperkuat industri semen yang merupakan industri strategis.

Jika jalur distribusi ini hanya untuk BUMN saja, Rachmat khawatir hal tersebut bisa menyebabkan industri swasta dan mekanisme pasar menjadi terganggu. “Beda halnya jika yang di atur adalah komoditasnya. Semen bisa naik tol laut misalnya,” ungkapnya.

Kuncinya bagi Rachmat ialah, pemerintah bisa support logistik untuk industri semen. Harga semen di Papua bisa diatur sama dengan di Makassar jika biaya distribusi dari mulut pabrik sama. “Kami pasti mau dukung program pemerintah,” pungkasnya.

Bosowa diketahui memiliki pabrik di Maros Sulawesi Selatan. Adapun kapasitas terpasang untuk semen mencapai 4,2 juta ton per tahun, sedangkan klinker 4 juta ton per tahunnya. Berdasarkan data ASI, sampai Agustus 2017 penjualan Bosowa mencapai 1,616 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×