Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Indonesia memiliki bahan baku buah yang beraneka ragam yang bisa diolah menjadi minuman dan dilempar ke pasar ekspor. Sayangnya, skalanya bisnis minuman di Indonesia belum mencapai skala industri atau hanya sebatas skala konsumsi dalam negeri saja. Ditambah lagi, lokasi sumber bahan baku buah kebanyakan berada di luar Pulau Jawa, sementara pabrik minuman kebanyakan berlokasi di Pulau Jawa; dus, ongkos produksi menjadi lebih mahal.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan, salah satu solusi untuk mengerek ekspor minuman sekaligus mengembangkan industri minuman di Indonesia adalah adalah dengan mendirikan pabrik minuman di dekat sumber bahan baku atau di luar Jawa.
Tapi, masalah tak cukup rampung sampai di situ saja. Untuk membangun pabrik di luar Jawa, kendalanya ada pada infrastruktur.
Menyoal biaya logistik, misalnuya. Ongkos logistik Indonesia masih jauh lebih mahal ketimbang negara tetangga yang lain. Terang saja, ini membuat produk minuman asal Indonesia menjadi kurang kompetitif.
Sekadar gambaran, untuk biaya transportasi logistik di Indonesia biayanya mencapai US$ 0,35 per kilometer (KM). harga ini lebih mahal ketimbang negara tetangga kita seperti Thailand dan Malaysia yang biaya logistiknya sekitar US$ 0,22 per km.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan selama Januari hingga April 2010 ini ekspor minuman tercatat sebesar US$ 18,55 juta naik 4% ketimbang periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 17,85 juta. Padahal, pada periode yang sama, ekspor makanan olahan mencapai US$ 111,15 juta atau naik 58% ketimbang empat bulan pertama tahun 2009 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News