kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi persaingan bisnis FMCG menurut riset Kantar Indonesia


Minggu, 20 Juni 2021 / 18:56 WIB
Ini strategi persaingan bisnis FMCG menurut riset Kantar Indonesia


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Riset Kantar Indonesia, Worldpanel Division baru saja merilis publikasi teranyar terkait Brand Footprint Indonesia 2021. 

Sebagai informasi, Brand Footprint adalah studi tahunan Kantar yang mengukur merek mana yang paling dipilih oleh konsumen. Brand Footprint meliputi lima sektor fast moving consumer goods (FMCG), yakni makanan, minuman, produk susu, perawatan rumah, dan perawatan tubuh. 

Peringkat Brand Footprint Indonesia tahun ini mencakup 97% dari total rumah tangga baik di kota besar, kota kecil, dan daerah lainnya yang merepresentasikan 68 juta rumah tangga.

Berdasarkan peringkatnya, sektor makanan mendominasi 10 peringkat teratas dan juga mendominasi peringkat 10 besar merek-merek yang bertumbuh pesat pada tahun 2020. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan pandemi yang membuat konsumen lebih banyak beraktivitas di rumah, termasuk memasak dan makan di rumah.

Baca Juga: Mi instan termasuk produk FMCG yang paling banyak dipilih konsumen Indonesia

Adapun produk Indomie terus menjadi merek pilihan nomor satu bagi konsumen di Indonesia. Di posisi kedua yakni Soklin yang diproduksi oleh Wings dan ketiga adalah Mie Sedaap. 

Menanggapi hal itu, Teguh Hidayat, Pengamat Bisnis mengatakan bisnis FMCG saat ini turut tergerus akibat adanya dampak pandemi Covid-19. Hal ini lantaran daya beli masyarakat ikut menurun. 

“Sehingga perusahaan-perusahaan itu harus bisa beradaptasi dengan penurunan daya beli masyarakat dengan menghadirkan produk alternatif disamping produk yang sudah ada,” kata dia kepada Kontan.co.id, Minggu (20/6). 

Teguh menambahkan, dalam situasi pandemi saat ini, para pemain FMCG harus menyiapkan strategi untuk tetap bersaing agar produk masing-masing tidak tersingkir dengan produk lainnya. 

“Misalnya saja saya ambil contoh ya seperti sabun Lifebouy ini kan punya Unilever dan termasuk sebagai market leader di Sabun mandi, kalau saya amati justru posisinya sangat kuat. Namun ternyata harganya juga cukup tinggi. Sehingga ini yang saya bilang bahwa orang-orang pasti akan beralih ke produk sabun mandi yang lebih murah,” ujar dia. 

Untuk itu, Teguh menekankan bahwa strategi pemasaran yang seharusnya dilakukan oleh pemain FMCG adalah bermain di harga yang lebih murah dan kategori yang sudah ada. 

Selanjutnya: Indomie sabet lagi gelar merek terpopuler, begini nasib saham ICBP dan INDF

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×