Sumber: Antara | Editor: Dikky Setiawan
BOGOR. IPB dan Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bekerja sama untuk merumuskan berbagai strategi dalam rangka menjamin proses transisi industri kelapa sawit berkelanjutan.
Dalam siaran pers yang diterima Antara di Bogor, Jumat (15/4), menyebutkan kerja sama jangka panjang ini juga melibatkan konsorsium universitas nasional yakni Universitas Lampug, Universitas Jambi, serta universitas asing dari Copenhagen Business School.
Kerja sama ini ditandai dengan seminar yang bertajuk "Sustainable transition of Indonesia's Palm Oil Industri di IPB Internasional Convention Center, kemarin.
Acara tersebut diikuti oleh berbagai stakeholders terkait diantaranya, pemerintah, peneliti, asosiasi, akademisi, praktisi, lembaga riset terkait kelapa sawit, dan mahasiswa.
Seminar tersebut memaparkan, kepala sawit sebagai salah satu komoditas unggulan dan primadona bagi Indonesia. Namun demikian, pengembangan dan pemasaran minyak sawit masih menghadapi banyak tantangan yang mengganggu, terlepas dari statusnya sebagai sumber minta nabati yang paling efisien.
"Saat ini industri sawit sedang memasuki masa transisi menuju siklus yang kedua. Masa transisi ini merupakan kesempatan emas untuk memperbaiki berbagai praktik yang kerap dijadikan dasar kampanye hitam," kata Andina Oktariani selaku publication and training development unit Sekolah Bisnis - IPB.
Mengingat kompleksitas masalah kelapa sawit, maka diperlukan kolaborasi berbagai pihak untuk merumuskan strategi dan solusi yang komprehensif.
"Keterlibatan stakeholders internasional juga diperkirakan akan meningkatkan efektifitas strategi transisi industri kelapa sawit Indonesia," katanya.
Andina menyampaikan, kerja sama antara IPB dan BPDPKS dengan berbagai universitas dan lembaga terkait dengan sawit baik nasional maupun internasional akan diwadahi oleh sebuah konsorsium dengan nama I-POINTS atau Indonesia Palm Oil Industry Transitions for Sustainability.
"I-POINTS berisi dua kelompok kegiatan utama yakni pendidikan dan riset," katanya.
Untuk pendidikan akan disediakan beasiswa bagi program doktor dan executive MBA setiap tahunya kepada 10 orang kandidat dan 20 orang untuk master.
Beasiswa doktor disediakan tidak hanya kepada warga negara Indonesia tetapi juga warga negara asing khususnya Eropa yang tertarik belajar dan meneliti sawit.
"Sekolah Bisnis IPB merupakan penanggungjawab aspek pendidikan program I-POINTS, sekaligus menjadi sekretariat keseluruhan kegiatan termasuk riset," katanya.
Pada sisi riset, lanjutnya, I-POINTS merancang rangkaian topik penelitian jangka panjang dengan melibatkan berbagai ahli lintas negara untuk berbagai aspek industri sawit.
"Output dari riset ini diharapkan dapat mengawal proses transisi industri sawit Indonesia menjadi industri yang berkelanjutan," katanya.
Hasil riset ini nantinya akan dipublikasikan secara luas pada berbagai jurnal atau berbentuk "policy brief" untuk kepentingan pengambil keputusan.
Kegiatan seminar sekaligus peresmian kerja sama IPB dan BPDPKS serta konsorsium universitas nasional, dihadiri Rektor IPB Prof Herry Suhardiyanto, Direktur Utama BPDPKS Bayu Krisnamurthi.
Acara juga dilanjutkan dengan diskusi panel menghadirkan pembicara Direktur BPDPKS Dadan Kusdiana yang menyampaikan materi mengenai "The Sustainable Transition of Indonesia Palm Oil - A Work of Collaboration.
Pembicara kedua Wakil Rektor IPB Bidang Riset dan Kerja sama, Prof Anas Mifta Fauzi yang menyampaikan materi tentang "Managing Consortia on Sustainability Research, dan pemateri lainnya Kristjan Jespersen PhD dari Copenhagen Business School yang menyampaikan materi mengenai "Sustainable Transitions and Institutional Perspective".
Seminar dihadiri juga Direktur Ekskutif GAPKI, Mohamad Fadhil Hasan yang menyampaikan materi tentang "Managing Market Uncertainties: Indonesia's Responses".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News