kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Janji penghematan dari mobil murah


Selasa, 10 September 2013 / 06:42 WIB
Janji penghematan dari mobil murah
ILUSTRASI. Aktor Son Suk Ku berperan sebagai Mr.Gu dalam drama Korea Netflix terbaru My Liberation Notes yang berhasil menarik perhatian para penontonnya.


Reporter: Francisca Bertha Vistika, Tendi Mahadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Setelah menunggu kepastian setahun, akhirnya Toyota dan Daihatsu resmi memasarkan si kembar Agya dan Ayla ke pasar. Masalahnya: sebandingkah insentif mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) ini dengan manfaat yang didapat?

Sekadar mengingatkan, lewat Peraturan Pemerintah Nomor (PP) No 41 Tahun 2013, pemerintah memberi insentif pengurangan sampai penghapusan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) bagi kendaraan yang masuk dalam program LCGC.

Saat ini, pabrikan mobil menjual  tipe standar Toyota Agya mulai Rp 99 juta dan Daihatsu Ayla mulai Rp 76 juta per unit.  Hitungan Soehari Sargo, pengamat otomotif, dengan harga segitu, potongan pajak mobil-mobil itu sekitar Rp 15 juta-Rp 20 juta per unit.

Jika tahun ini  target penjualan dua kendaraan kembar itu 30.000 unit, potensi pajak yang lepas sekitar setengah triliun. "Ini cukup membuang potensi pendapatan pemerintah," kata dia.

Pemerintah berharap potensi pendapatan itu bisa ditutup dari industri komponen yang menggeliat lantaran ada kewajiban memenuhi kandungan komponen lokal (TKD) sampai 80%. Tapi, target itu masih empat tahun ke depan. Dengan kewajiban komponen lokal tahun pertama hanya 40%, setengah lebih komponen itu masih diimpor hingga dua tahun ke depan. Ini bisa membebani devisa.

Belum lagi bahaya lonjakan konsumsi bahan bakar (BBM) bersubsidi akibat jumlah kendaraan meningkat. Apalagi di sisi lain, pemerintah tak tegas membuat sistem pengendalian penggunaan BBM bersubsidi. Alhasil, jangan harap program penghematan BBM bisa jalan. "Harus diantisipasi dengan penyimpanan energi yang cukup," tutur Soehari.

MS Hidayat, Menteri Perindustrian punya pendapat beda. Saat permintaan kendaraan dalam negeri tinggi, mobil hemat energi justru menjadi solusi. "Konsumsi BBM bisa ditekan," ujarnya.

Proyek LCGC juga mendesak lantaran beberapa negara meminta izin memasarkan produk serupa di Indonesia. "Kalau tak kita buat sendiri, bisa banjir impor," tambahnya.

Johnny Darmawan, Presiden Direktur Toyota Astra Motor, menegaskan konsumsi Agya hanya satu liter untuk 20 kilometer. Itu sebabnya, Johnny meminta agar lebih melihat sisi positif program LCGC. "Jika mobil ini jadi production base dan bisa diekspor, itu menambah investasi dan pajak juga," ujarnya.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×