Reporter: Ragil Nugroho |
JAKARTA. PT Jasa Marga Tbk hendak menekan kemacetan di sejumlah ruas tol dalam kota yang dikelolanya. Setelah menerapkan arus berlawanan di ruas tol dalam kota Cawang-Semanggi, Jasa Marga merencanakan sebuah jalur khusus untuk menekan kemacetan di ruas tol Jagorawi, khususnya setelah ruas Dukuh-Cililitan.
Direktur Utama PT Jasa Marga Tbk Adityawarman mengatakan, kemacetan kerap terjadi di ruas Dukuh-Cililitan, Halim, dan Kuningan 2. "Khususnya menuju pembagian jalur ke arah Semanggi dan Tanjung Priok. Kepadatan kendaraan besar menuju jalur Priok di pagi hari cukup tinggi, dan antriannya sampai menutup jalur kendaraan yang menuju Semanggi," ujarnya akhir pekan lalu.
Karena itu, Jasa Marga ingin membuat jalur khusus ke Priok tersebut sehingga tak mengganggu arah ke Semanggi. Bentuk detil jalur tersebut masih dalam proses kajian. Jasa Marga menargetkan sudah ada gambaran jelas masterplan pembangunan jalur tersebut di akhir 2012.
Adityawarman meminta dukungan masyarakat, terutama saat proses konstruksi berlangsung nanti. Sebab, ketika itu tentu akan terjadi kemacetan lebih besar. "Belajar dari pengalaman pelebaran tol Jagorawi, selama 2 bulan- 3 bulan proses konstruksi terjadi gangguan lalu lintas, tapi setelah selesai, jalur menjadi lebih lancar," jelasnya.
Direktur Operasi Jasa Marga Hasanuddin menilai, jika jadi dibangun, konsepnya sebaiknya mengacu ke jalan tol. "Bagaimana pun lebih baik konsepnya tol bukan jalan layang non tol karena jika tol, ada pemasukan bagi negara," kata Hasanudin.
Sementara, jika non-tol, itu hanya menguntungkan produsen otomotif. "Mungkin laju pertambahan mobil baru di Jakarta dan sekitarnya bisa lebih dari 300 kendaraan per hari," kata Hasanuddin.
Menyinggung kinerja perseroan 2012, Direktur Keuangan Jasa Marga Reynaldi Hermansyah optimistis target pendapatan Rp 5,4 triliun tahun ini akan tercapai. "Itu berdasarkan pencapaian semester pertama yang diperkirakan di atas Rp 2,5 triliun," katanya.
Terhadap rencana ekspansi sembilan ruas tol baru, dia berkata struktur modal cukup kuat. "Biasanya untuk ruas tol baru 30% ekuitas dan 70% sindikasi perbankan," paparnya. Untuk ekspansi lainnya seperti tol di Sumatra dan rencana akuisisi tol di Cijago serta tol Surabaya, modal perseroan siap Rp 10 triliun-15 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News