Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk(GIAA) mengaku tengah menyiapkan tiga opsi atas pelunasan sukuk global senilai US$ 498,99 juta yang jatuh tempo pada 3 Juni 2020.
Skemanya: pelunasan secara penuh, perpanjangan jatuh tempo, dan pembayaran dengan harga sukuk yang terdiskon. Hanya, saja skema-skema tersebut tak mudah dan memiliki tantangan sendiri. Saat ini bertindak sebagai konsultan atau advisor dalam restrukturisasi utang Garuda Indonesia (GIAA) adalah PT Mandiri Sekuritas
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, tiga opsi tersebut masih dalam diskusi dengan pemegang sahamGIAA, yakni pemerintah lewat Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan PT Trans Airways.
“Kami diskusi mendalam atas opsi-opsi pelunasan utang karena mempertimbangkan situasi saat ini dan posisi cash flow,” jelas Irfan saat rapat virtual dengan Komisi VI DPR, Rabu (29/4).
Baca Juga: Utang jangka pendek jatuh tempo, Garuda (GIAA) minta relaksasi ke kreditur
Garuda (GIAA) menyadari opsi pelunasan sukuk seperti perpanjangan jatuh tempo dan pembayaran dengan harga diskon memiliki risiko finansial, kapabilitas, dan reputasi perseroan.
Terbit Juni 2015, harga Sukuk global Garuda Indonesia Juni 2015 sudah turun sekitar 40% dari harga semula. Harga ini masih berpotensi terdiskon hingga 60-70%. Tak pelak, ini akan menjadi tantangan sendiri bagi Garuda untuk menyelesaikannya,
Selain itu, proposal restrukturisasi utang Garuga (GIAA) kepada bank-bank BUMN dengan permintaan pendanaan refinancing juga akan menghadapai tantangan. Memasuki tahap finalisasi. “Opsi ini juga memiliki tantangan lantaran Bank BUMN tengah memperketat penyaluran kredit saat pandemi Covid-19,” ujar Ifran.
Dalam penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), bisnis Garuda (GIAA) kian terpukul dengan penyebaran Covid-19. Frekuensi penerbangan ke Tiongkok mulai akhir Januari 2020 sudah terpangkas.
Baca Juga: Terpapar corona, Garuda (GIAA) nego biaya sewa pesawat & minta restrukturisasi utang
Bulan Mei-Juni yang mestinya menjadi high season bagi industri penerbangan , termasuk Garuda karena hari raya Idul Fitri dan juga libur sekolah kali ini juga jadi pukulan karena larangan mudik. Kian terpukul ada kemungkinan Garuda yakni jika tidak ada penerbangan haji di tahun 2020.
Sebagai catatan: sepanjang tahun 2019, perseroan berhasil mencetak laba bersih sebesar US$ 6,98 juta setelah pada 2018 menderita rugi bersih US$ 231,16 juta. Pemulihan kinerja ini sejalan dengan total pendapatan usaha yang naik 5,5% menjadi US$ 4,57 miliar dari sebelumnya US$ 4,33 miliar.
Naiknya pertumbuhan pendapatan itu diikuti dengan kontribusi penerbangan berjadwal yang mencapai US$ 3,77 miliar. Sedangkan, penerbangan tidak terjadwal mencatat US$ 249,91 juta dan lainnya sebesar US$ 549,33 juta pada 2019
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News