kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jonan terima kunjungan menteri ekonomi, perdagangan dan industri Jepang


Rabu, 29 Mei 2019 / 16:00 WIB
Jonan terima kunjungan menteri ekonomi, perdagangan dan industri Jepang


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menerima kedatangan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Hiroshige Seko di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (29/5) siang.

Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis Kementerian ESDM, Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, pertemuan menteri kedua negara membahas tentang Energi Baru Terbarukan (EBT).

"Menteri Jepang mengundang Pak Jonan untuk hadir dalam acara energy transition saat G20 nanti di Jepang pada 15 Juni hingga 16 Juni 2019," jelas Yudo, Kamis (29/5).

Hadirnya menteri ESDM dalam kesempatan tersebut maka akan terbuka peluang untuk kerjasama antara kedua negara khususnya untuk pengembangan ataupun perluasan pembangkit khususnya pembangkit EBT.

"Bahkan Jepang siap menawarkan diri untuk membantu Indonesia dalam pengembangan pembangkit bertenaga nuklir lewat pengalamannya," ujar Yudo.

Bahkan menurut Yudo tidak menutup kemungkinan akan ada penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di bidang energi di tengah-tengah pelaksanaan pertemuan tingkat tinggi negara-negara G20.

Kementerian ESDM dan perwakilan Jepang membahas kesiapan mengenai rencana tersebut. Baik Kementerian ESDM dan perwakilan pemerintahan Jepang punya preferensi masing-masing. "Kita mengundang juga para investor asal Jepang untuk menanamkan modalnya di bidang EBT di tanah air," ungkap Yudo.

Lebih lanjut Yudo menyebut dalam ajang G20 nanti salah satu isu yang diangkat mengenai energy transition. Setiap negara mengusung konsep energi beragam, Indonesia sendiri mengusung biofuel khususnya B20 (Pencampuran 20% biodiesel dan 80% solar).

Langkah Indonesia sejauh ini mendapatkan dukungan dari Brasil dan Italia. Kendati demikian penggunaan biofuel sawit sebagai bahan bakar sejatinya masih menjadi polemik khususnya bagi negara-negara di Eropa.

Namun Yudo meyakinkan hal ini tidak akan menjadi penghambat dalam usaha pemerintah Indonesia mengusung B20 dalam event energy transition saat G20 nanti. "Penolakan itu lebih dikarenakan sawit dianggap merusak hutan, namun di Indonesia selain ekspansi juga ada replanting," tandas Yudo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×