Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Produsen serat sintetis fiber atau poliester PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG) terpaksa menutup sementara salah satu dari tiga pabriknya. Keputusan tersebut menyusul terjadinya penurunan penjualan poliester milik perseroan.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Polychem Indonesia Jusup Agus Sayono kepada KONTAN, Kamis (6/11) menceritakan, saat ini permintaan terus turun. "Kami harus mengurangi produksi dengan cara menutup sementara pabrik di Karawang mulai awal November ini," katanya.
Mengacu laporan keuangan Polychem, per September 2014, penjualan poliester perseroan tercatat US$ 151,17 juta. Angka ini turun 4,5% jika dibandingkan penjualan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 158,33 juta.
Adapun dampak penutupan pabrik poliester di Karawang itu langsung menurunkan kapasitas produksi perseroan dari 12.000 ton per bulan menjadi 8.000 ton per bulan. Namun begitu, Agus memastikan, penutupan pabrik hanya sementara dan tidak permanen. Sehingga nantinya, perseroan masih bisa mengoperasikan pabrik itu kembali.
Manajemen akan memanfaatkan waktu penutupan ini sementara ini untuk pemeliharaan mesin. Selain itu, Jusup memastikan tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap pekerja di pabrik poliester di Karawang tersebut. "Kami memberi cuti bagi karyawan di pabrik Karawang," tambah Jusup.
Meskipun demikian Jusup mengaku belum memiliki rencana kapan pabrik tersebut kembali beroperasi. Ia hanya bilang, operasional pabrik Karawang sesuai dengan permintaan poliester. Sebagai gambaran saja, selain memiliki pabrik di Karawang, Polichem juga memiliki pabrik di Merak dan Tangerang.
Harga bahan baku naik
Melihat perkembangan penjualan sampai September 2014, Polychem memprediksi penjualan 2014 tak jauh berbeda dengan 2013. Tahun lalu, ADMG mencatatkan pendapatan US$ 505,32 juta.
Semula, manajemen memprediksi penjualan 2014 bisa naik 10% . Namun, target ini sulit tercapai, lantaran permintaan permintaan turun dan beban produksi naik akibat kenaikan harga bahan baku.
Jusup bilang, salah satu bahan poliester yang naik harga itu adalah: etilena yang naik harga dari US$ 1.200 per ton menjadi US$ 1.400 per ton. Kenaikan harga terjadi karena pabrik etilena banyak tutup.
Di sisi lain, produk olahan etilena berupa mono etilena glycloc (MEG) justru turun harga. Bahkan harganya turun menjadi US$ 1.000 per ton atau turun lebih murah dari harga bahan bakunya. "Mau tidak mau, kami jual produk dengan harga merugi," kata Jusup.
Kondisi inilah yang membuat pendapatan Polychem di sembilan bulan pertama tahun ini turun 4,25% menjadi US$ 358,43 juta jika dibandingkan dengan pendapatan pada periode yang sama 2013 senilai US$ 374,37 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News