Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BONTANG. PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) optimistis bisa mengantongi pendapatan sebesar US$ 104,5 juta - US$ 114 juta sampai akhir tahun 2012. Menurut Antung Pandoyo, Direktur Utama KNI, harga amonium nitrat diperkirakan akan terus meningkat.
Nah, jika dilihat, target tersebut sepertinya tidak sulit tercapai, mengingat harga amonium nitrat saat ini mencapai US$ 550 - US$ 600 per ton.
"Harga amonium nitrat menggunakan patokan harga internasional dan jumlah permintaan penawaran di pasar riil," tutur dia. Bahkan beberapa waktu lalu, ketika China tidak bisa mengekspor produksinya ke Indonesia karena ada Olimpiade, harga jual amonium nitrat bisa mencapai US$ 1.300 per ton. Maklum produksi terbesar memang ada di China.
Chrisna Deva Priyapratama direktur KNI menambahkan, kelangkaan bahan baku juga akan mempengaruhi harga jual dari amonium nitrat. "Tren kenaikan harga jual amonium nitrat itu bisa 10% per tahun," tutur dia. Penyebabnya adalah kebutuhan yang terus meningkat.
Prospek dari bisnis ini juga sangat menguntungkan. Chrisna menyebut marjin dari bisnis ini bisa mencapai 30% dari total omset yang mampu dikantongi. Karena itu, dia memproyeksi bisnis ini bisa balik modal selama enam tahun. "Bahkan, paling cepat bisa balik modal dalam kurun waktu tiga tahun jika kondisi ekonomi baik," kata dia.
Sekadar informasi, saat membangun pabrik bahan peledak di Indonesia, investasi KNI mencapai US$ 450 juta. Proporsi investasi sebesar 49% milik Orica Ltd dan mayoritas dipegang oleh Armindo Indonesia sebanyak 51%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
