Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Sepanjang 2013, laba bersih PT Champion Pacific Indoneia Tbk. turun 29,97% atau menjadi 19,72 miliar saja. Tak ingin kembali merana, produsen kemasan ini pasang strategi menaikkan harga jual 5%-8%.
Presiden Direktur Champion Pacific Indonesia Antonius Muhartoyo bilang sebab utama laba bersih tergerus adalah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Padahal hampir 80% bahan baku produksi seperti alumunium dan selufin adalah impor. "Sementara kami harus menjual produk dalam rupiah,"ujar Antonius, (28/3).
Yahya Kurniawan, Direktur Champion Pacific Indonesia menambahkan, selain nilai tukar, perusahaan juga terpapar kenaikan tarif dasar listrik dan upah minimum pekerja. Oleh karena itu perusahaan berencana mengerek harga jual kemasan 5%-8% di 2014.
Namun Yahya berkilah menempuh cara ini untuk mengeruk untung. "Bukan untuk mengejar profit tapi untuk mengurangi kerugian karena biaya," kata Yahya.
Yang jelas, perusahaan menargetkan tahun ini bisa mendekap rapor positif. Tahun ini perusahaan berkode IGAR di Bursa Efek Indonesia ini berhasrat mencetak penjualan Rp 726 miliar. Dibandingkan dengan penjualan 2013 sebesar Rp 634,40 miliar, berarti diharapkan naik 12,84%.
Untuk mengejar target tersebut, Antonius bilang akan mengincar dua momen yakni penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional (JKN) dan pemilihan umum (pemilu). Hitung-hitungan Antonius, program JKN bisa mendorong konsumsi obat masyarakat karena harga obat kian terjangkau. Permintaan obat yang naik ini tak urung bisa mendorong permintaan kemasan obat ikut naik.
Asal tahu saja, mayoritas pendapatan Champion Pacific Indonesia disumbang dari penjualan kemasan farmasi. Sebagai gambaran, tahun 2013 kemarin kontribusi penjualan kemasan farmasi Rp 469,87 miliar atau 73,03% terhadap total pendapatan. Sisanya, barulah disuplai dari penjualan kemasan non farmasi yakni Rp 173,53 miliar.
Sementara di momen pemilu, Champion Pacific Indonesia mengincar bisa meningkatkan penjualan kemasaan non farmasi. "Kami juga akan melakukan efisiensi dan memaksimalkan kapasitas produksi," kata Antonius.
Strategi lain untuk mendukung kinerja 2014 adalah meningkatkan porsi ekspor. Meski, perusahaan mengakui mesti bersaing ketat dengan China sebagai pengekspor obat global.
Asal tahu saja sejauh ini perusahaan baru mengekspor ke Filipina dengan total kontribusi ekspor baru 5% terhadap total pendapatan. "Tahun ini kami ingin memperbesar pasar ekspor hingga 15% dengan pasar tetap ke Filipina," beber Antonius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News