kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kebun karet Astra Agro kian melar


Senin, 28 April 2014 / 09:59 WIB
Kebun karet Astra Agro kian melar
ILUSTRASI. Kondisi saat ini, emas tidak lagi dikatakan sebagai aset safe haven. Namun sebagai perburuan aset berisiko ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.


Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. PT Astra Agro Lestari Tbk serius kembangkan bisnis perkebunan karet. Tahun ini, perusahaan berencana menanam pohon karet baru seluas 2.000 hektare (ha). Kali ini, perusahan akan menanam karet di Kalimantan Selatan sebagai bagian dari strategi diversifikasi usaha.

Rudy Chen, Direktur Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk mengatakan bisnis perkebunan karet ini adalah untuk mendukung grup usaha Astra lainnya yakni PT Astra Otoparts Tbk yang bergerak di bidang komponen otomotif, salah satunya ban. "Kami harapkan nanti ada sinergi," jelasnya belum lama ini.

Sebenarnya, perusahaan berkode emiten AALI ini merupakan pemain baru di bisnis karet. Perusahaan ini mulai menanam karet pada tahun lalu seluas 500 ha. Bila target penanaman karet tahun ini terealisasi, sampai akhir 2014 luas lahan tertanam karet 2.500 ha. Sayang, Rudy tak membeberkan nilai investasi yang akan digelontorkan perusahaan untuk menanam lahan karet baru ini.

Yang jelas, investasi yang dibutuhkan untuk menanam pohon karet lebih tinggi dibandingkan sawit. "Biaya pokok untuk karet lebih banyak," kata Widya Wiryawan Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk.

Berdasarkan riset KONTAN, investasi untuk pohon karet mencapai US$ 7.000 per ha. Nilai investasi ini lebih besar ketimbang biaya yang harus dikeluarkan untuk menanam sawit yang biayanya mencapai sekitar US$ 5.500 per ha.

Secara keseluruhan, tahun ini, AALI akan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 3 triliun. Dari belanja modal ini, 35%-40% akan digunakan untuk membangun pabrik pengolahan kelapa sawit yang baru. Sisanya akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur perkebunan.

Catatan saja, AALI mengembangkan bisnis karet di bawah anak usahanya yakni PT Pandji Waringin yang berpusat di Banten. Saat ini, lahan karet AALI belum menghasilkan. Pasalnya, tanaman karet terebut baru menghasilkan setelah berumur lima tahun hingga enam tahun.

Namun perusahaan ini tetap serius mengembangkan bisnis ini. Bahkan, tahun lalu manajemen Astra Grup pernah menyampaikan secara terbuka untuk terus memperluas lahan karet AALI dengan minimum luas lahan 20.000 ha.

Tren integrasi hulu hilir

Seperti dibenarkan oleh Rudy Chen, pengembangan bisnis di perkebunan karet merupakan strategi integrasi grup Astra. Nantinya, hasil produksi karet AALI akan dipasok untuk pabrik ban yang akan dibangun oleh anak usaha Astra lainnya yakni PT Astra Otoparts Tbk.

Catatan saja, beberapa waktu lalu PT Astra Otoparts Tbk telah bekerjasama dengan PIrelli Tires SpA. Keduanya membentuk perusahaan patungan yakni PT Evoluzione Tyres (Evoty) yang akan memproduksi ban kendaraan bermotor.

Pabrik yang berkapasitas rata-rata 2 juta unit per tahun ini bakal selesai dibangun pada akhir 2014. Investasi untuk membangun pabrik Evoty yang berlokasi di Subang, Jawa Barat ini Rp 1,3 triliun.

Strategi integrasi bisnis karet dari hulu ke hilir juga dilakukan oleh PT Multistrada Arah Sarana Tbk. Sejak April 2012 emiten berkode saham MASA ini mulai menanam lahan karet seluas 1.000 ha. Multistrada memiliki lahan karet seluas 127.000 ha di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur yang dikelola oleh beberapa anak usahanya yang bergerak di bidang pengusahaan pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI).

Beberapa produk ban MASA antara lain Achilles, Corsa, dan Strada. Untuk memproduksi ban, MASA membutuhkan pasokan bahan baku karet rata-rata sebesar 15.000 ton–20.000 ton per tahun.

JAKARTA. PT Astra Agro Lestari Tbk serius kembangkan bisnis perkebunan karet. Tahun ini, perusahaan berencana menanam pohon karet baru seluas 2.000 hektare (ha). Kali ini, perusahan akan menanam karet di Kalimantan Selatan sebagai bagian dari strategi diversifikasi usaha.

Rudy Chen, Direktur Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk mengatakan bisnis perkebunan karet ini adalah untuk mendukung grup usaha Astra lainnya yakni PT Astra Otoparts Tbk yang bergerak di bidang komponen otomotif, salah satunya ban. "Kami harapkan nanti ada sinergi," jelasnya belum lama ini.

Sebenarnya, perusahaan berkode emiten AALI ini merupakan pemain baru di bisnis karet. Perusahaan ini mulai menanam karet pada tahun lalu seluas 500 ha. Bila target penanaman karet tahun ini terealisasi, sampai akhir 2014 luas lahan tertanam karet 2.500 ha. Sayang, Rudy tak membeberkan nilai investasi yang akan digelontorkan perusahaan untuk menanam lahan karet baru ini.

Yang jelas, investasi yang dibutuhkan untuk menanam pohon karet lebih tinggi dibandingkan sawit. "Biaya pokok untuk karet lebih banyak," kata Widya Wiryawan Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk.

Berdasarkan riset KONTAN, investasi untuk pohon karet mencapai US$ 7.000 per ha. Nilai investasi ini lebih besar ketimbang biaya yang harus dikeluarkan untuk menanam sawit yang biayanya mencapai sekitar US$ 5.500 per ha.

Secara keseluruhan, tahun ini, AALI akan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 3 triliun. Dari belanja modal ini, 35%-40% akan digunakan untuk membangun pabrik pengolahan kelapa sawit yang baru. Sisanya akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur perkebunan.

Catatan saja, AALI mengembangkan bisnis karet di bawah anak usahanya yakni PT Pandji Waringin yang berpusat di Banten. Saat ini, lahan karet AALI belum menghasilkan. Pasalnya, tanaman karet terebut baru menghasilkan setelah berumur lima tahun hingga enam tahun.

Namun perusahaan ini tetap serius mengembangkan bisnis ini. Bahkan, tahun lalu manajemen Astra Grup pernah menyampaikan secara terbuka untuk terus memperluas lahan karet AALI dengan minimum luas lahan 20.000 ha.

Tren integrasi hulu hilir

Seperti dibenarkan oleh Rudy Chen, pengembangan bisnis di perkebunan karet merupakan strategi integrasi grup Astra. Nantinya, hasil produksi karet AALI akan dipasok untuk pabrik ban yang akan dibangun oleh anak usaha Astra lainnya yakni PT Astra Otoparts Tbk.

Catatan saja, beberapa waktu lalu PT Astra Otoparts Tbk telah bekerjasama dengan PIrelli Tires SpA. Keduanya membentuk perusahaan patungan yakni PT Evoluzione Tyres (Evoty) yang akan memproduksi ban kendaraan bermotor.

Pabrik yang berkapasitas rata-rata 2 juta unit per tahun ini bakal selesai dibangun pada akhir 2014. Investasi untuk membangun pabrik Evoty yang berlokasi di Subang, Jawa Barat ini Rp 1,3 triliun.

Strategi integrasi bisnis karet dari hulu ke hilir juga dilakukan oleh PT Multistrada Arah Sarana Tbk. Sejak April 2012 emiten berkode saham MASA ini mulai menanam lahan karet seluas 1.000 ha. Multistrada memiliki lahan karet seluas 127.000 ha di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur yang dikelola oleh beberapa anak usahanya yang bergerak di bidang pengusahaan pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI).

Beberapa produk ban MASA antara lain Achilles, Corsa, dan Strada. Untuk memproduksi ban, MASA membutuhkan pasokan bahan baku karet rata-rata sebesar 15.000 ton–20.000 ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×