CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.364.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.751   22,00   0,13%
  • IDX 8.477   70,01   0,83%
  • KOMPAS100 1.176   10,87   0,93%
  • LQ45 857   8,49   1,00%
  • ISSI 295   1,89   0,64%
  • IDX30 447   4,13   0,93%
  • IDXHIDIV20 518   4,10   0,80%
  • IDX80 132   1,25   0,95%
  • IDXV30 137   1,00   0,73%
  • IDXQ30 143   1,18   0,83%

KEN: Transportasi dan telekomunikasi tumbuh pesat tahun 2011


Senin, 20 Desember 2010 / 12:47 WIB
KEN: Transportasi dan telekomunikasi tumbuh pesat tahun 2011


Reporter: Gloria Haraito | Editor: Test Test

JAKARTA. Resesi ekonomi yang tak kunjung pulih di Amerika dan Eropa membuat pertumbuhan ekonomi dunia tahun depan masih digerakkan oleh Asia. Sebab, goncangan ekonomi di dunia Barat membuat perusahaan Amerika dan Eropa menahan laju investasinya. Dalam kondisi ini, Komite Ekonomi Nasional (KEN) melihat, perusahaan Indonesia harus gesit melihat peluang.

KEN memperkirakan, ekonomi Indonesia tahun ini bisa tumbuh 6%. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi 2009 yang sebesar 4,5%. KEN memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa menyentuh 6,4%. Konsumsi masih menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia dengan kontribusi 60%. "Melihat prospek ini, perusahaan harus mengambil peluang ekspansi atau investasi untuk mengejar pertumbuhan ekonomi di negara maju. Jangan sampai kesempatan ini lewat begitu saja," ujar Chairul Tanjung, Ketua KEN, Minggu (19/12).

Di antara banyak sektor, transportasi dan telekomunikasi masih menjadi primadona dengan pertumbuhan tertinggi, 12,4%. Lalu listrik, gas, dan air bersih menjadi pencetak pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua yakni 10,8%. Sektor lain yang juga ikut mendorong pertumbuhan ekonomi tahun depan ialah agribisnis, tambang, manufaktur, konstruksi, perdagangan, pembiayaan, serta jasa.

Di sisi lain, KEN memperkirakan investasi 2011 tumbuh 13,4%. Angka ini lebih besar dari prediksi pertumbuhan investasi 2010 yang sebesar 9,1%. Untuk dapat menarik investasi asing, pria yang akrab dengan sebutan CT ini memandang pemerintah perlu perlu menyediakan insentif. Dengan adanya insentif, maka investor asing dan lokal terangsang memproduksi produk akhir.

CT mengakui, hasil tambang dan kebun Indonesia lebih banyak diekspor dalam bentuk mentah. "Padahal, bila alumunium dibentuk menjadi lembaran, nilainya 99 kali lebih tinggi. Kalau diolah menjadi nozzle, nilainya 1.000 kali lebih tinggi," lanjut CT. Di sisi lain, investasi hingga produk jadi juga membuka lapangan kerja lebih banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×