Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Resesi ekonomi memangkas kepercayaan konsumen di hampir seluruh negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Global Consumer Confidence Index dari Nielsen Indonesia melaporkan kepercayaan konsumen Indonesia di kuartal tiga tahun ini menurun satu poin dari kuartal sebelumnya, menjadi 199.
Kendati demikian, konsumen Indonesia tetap menjadi yang paling optimistis dengan keuangan pribadi mereka di antara 58 negara di kawasan Asia Pasifik yang disurvei Nielsen. Di peringkat yang sama dengan Indonesia, ada India yang kepercayaan konsumennya tetap di angka 119.
Sejumlah indikator mencerminkan kepercayaan diri konsumen Indonesia, di antaranya 80% konsumen percaya keadaan keuangan mereka akan baik, bahkan sangat baik selama 12 bulan ke depan. Selain itu, 65% responden menyatakan bahwa prospek lapangan kerja akan membaik atau sangat membaik.
Sebanyak 57% konsumen juga mengindikasikan bahwa 12 bulan ke depan akan menjadi waktu yang baik atau sangat baik untuk berbelanja. "Ini merupakan pertanda baik bagi peluang bisnis di Indonesia, khususnya untuk elektronik, barang-barang yang tahan lama, dan teknologi," papar Managing Director Nielsen Indonesia, Catherine Eddy dalam Nielsen Press Club di Jakarta, Rabu (31/10).
Di sisi lain, walaupun kepercayaan konsumen tetap stabil, gairah untuk mempertahankan dan meningkatkan kekayaan juga meningkat. Buktinya, setelah menutup biaya hidup, menabung adalah cara yang paling banyak dipilih konsumen untuk memanfaatkan dana cadangannya, yaitu sebanyak 73%.
Setelah menabung, 32% konsumen memilih untuk berinvestasi di saham atau reksadana, diikuti oleh 29% liburan, dan 24% membayar tagihan. Membeli produk teknologi terbaru atau baju baru ternyata justru tidak banyak dipilih.
Hanya 3% konsumen yang menjawab tidak punya dana cadangan. "Ini merupakan indikasi yang sangat positif, berarti konsumen memiliki kemampuan untuk menabung dan pada saat yang sama juga untuk membelanjakan uang mereka," ujar Catherine.
Menurut proyeksi Catherine, kepercayaan konsumen Indonesia akan tetap stabil di sisa tahun, bahkan meningkat di tahun depan. Alasannya, kenaikan harga komoditas makanan dan bahan bakar belum akan terjadi dalam waktu dekat.
Sementara itu Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Rudy RJ Sumampouw menilai hasil riset Nielsen Indonesia menunjukkan indikasi positif bagi peritel. Rudy pun masih percaya diri industri ritel Indonesia bisa tumbuh double digit tahun ini, atau sebesar 10%-12%.
Senada dengan Catherine, Rudy bilang produk yang paling banyak diburu konsumen Indonesia saat ini adalah elektronik, khususnya ponsel pintar. "Lonjakannya sangat signifikan saat ini, karena banyak produk baru dirilis ke pasar dengan fitur yang lebih canggih dan harga yang murah," ujar Rudy ketika dihubungi KONTAN, Rabu (31/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News