Reporter: Mimi Silvia | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Manisnya pangsa pasar ekspor tampaknya makin menggiurkan bagi PT Mayora Indah Tbk. Kinerja perusahaan produsen makanan dan minuman ini sepanjang Januari–September 2015 terselamatkan oleh lonjakan penjualan di pasar ekspor.
Pada sembilan bulan tahun ini penjualan di pasar ekspor pada periode ini mengalami pertumbuhan hingga 27%. Nilainya dari Rp 4,08 triliun menjadi Rp 5,2 triliun. Sementara pasar lokal justru turun 15%, dengan nilai dari Rp 6,5 triliun pada kuartal III-2014 menjadi Rp 5,5 triliun pada periode sama tahun ini.
Adapun porsi ekspor terhadap total penjualan juga meningkat. Jika tahun lalu masih 39% dari total penjualan, tahun ini menanjak menjadi 48% dari total penjualan Mayora. Sebagai gambaran, total penjualan Mayora pada kuartal III-2015 setelah dikurangi retur mencapai Rp 10, 69 triliun.
Periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 10,56 triliun. Melihat catatan penjualan ekspor yang menggembirakan inilah, manajemen Mayora kini tengah fokus menyasar pasar ekspor baru, yakni ke kawasan Timur Tengah dan Afrika.
"Kami masih keliling dan sedang menyiapkan produk apa yang cocok untuk ekspor. Tujuan kami di negara yang dekat dengan Timur Tengah," kata Sribugo Suratmo, Direktur Komunikasi PT Mayora Indah Tbk kepada KONTAN, Kamis (29/10).
Selama ini Mayora sudah mengekspor ke berbagai negara seperti China, India, Nigeria dan negara-negara kawasan Timur Tengah. Adapun produk unggulan ekspor perusahaan ini adalah kopi instan dan biskuit kaleng.
Menurut Sribugo, selain pertumbuhan pasar ekspor yang naik signifikan tahun ini, hasil kinerja kuartal ketiga tahun ini juga tidak terlepas dari upaya Mayora menerapkan efisiensi alias penghematan di segala lini produksi.
Ini adalah salah satu cara ampuh yang banyak perusahaan terapkan menyikapi beban operasional yang kian membengkak. Sayang, Sribugo tidak merinci langkah-langkah penghematan ala Mayora untuk menghadapi perlambatan permintaan di dalam negeri.
Selain itu, produsen makanan dan minuman ini juga kerap mengeluarkan produk baru sepanjang tahun ini. Upaya ini penting untuk tetap menjaga daya beli masyarakat terhadap produk keluaran Mayora. Misalnya, produk biskuit Malkist Cokelat, peluncuran produk minuman air mineral merek Le Minerale.
Hasilnya memang tidak langsung berimbas langsung ke kinerja perusahaan. Menurut Sribugo efek bisnis dari produk anyar ini justru mulai terasa pada kuartal ketiga ini. Tapi, ada satu faktor yang turut menentukan laku tidaknya produk Mayora, yakni promosi dan iklan.
Di tengah daya beli turun, Mayora kudu gencar promosi dan iklan. Tak heran biaya promosi dan iklan MYOR hingga kuartal III-2015 mencapai Rp 1,24 triliun, melonjak hampir dua kali lipat dari periode serupa 2014 yakni Rp 622,2 miliar.
Hasilnya positif. Laba bersih melonjak 2,5 kali lipat menjadi Rp 892 miliar pada kuartal III 2015. Sebagai gambaran catatan laba bersih perusahaan ini pada kuartal III-2014 sebesar Rp 253,6 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News