kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bersih Indonesian Tobacco (ITIC) meroket 324,39% di semester I-2020


Selasa, 04 Agustus 2020 / 15:20 WIB
Laba bersih Indonesian Tobacco (ITIC) meroket 324,39% di semester I-2020
ILUSTRASI. Emiten tembakau dan rokok PT Indonesian Tobacco Tbk


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesian Tobacco Tbk mencatatkan kinerja bottom line yang gemilang di enam bulan pertama tahun ini. Sepanjang semester I 2020 lalu, laba periode berjalan emiten tembakau iris berkode saham ITIC tersebut meroket 324,39% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 1,08 miliar di semester I 2019 menjadi Rp 4,59 miliar di semester I 2020.

Seiring dengan pertumbuhan laba bersih, marjin bersih ITIC terungkit dari semula 1,36% pada semester I 2019 menjadi 4,54% di semester I 2020.

CEO PT Indonesian Tobacco Tbk, Djonny Saksono menjelaskan, pertumbuhan pada sisi laba bersih didorong oleh pertumbuhan pada sisi  pendapatan. Asal tahu saja, penjualan dan pendapatan ITIC melesat 27,39% yoy menjadi Rp 100,93 miliar di semester I 2020. Sebelumnya, penjualan dan pendapatan ITIC hanya mencapai Rp 79,23 miliar pada semester I 2019 lalu.

Baca Juga: Benarkah simplifikasi cukai tembakau picu oligopoli? Ini kata DDTC

Di sisi lain, pertumbuhan laba bersih juga didorong oleh upaya kontrol biaya secara berkelanjutan yang dilakukan oleh perusahaan. Hal ini tercermin dari meningkatnya profitabilitas perusahaan dari sisi operasional.

Sepanjang Januari - Juni 2020 lalu, laba kotor perusahaan tumbuh 37,82% yoy menjadi Rp 29,36 miliar di semester I 2020. Seiring dengan hal tersebut, laba usaha ITIC juga tumbuh 33,15% yoy menjadi Rp 18,86 miliar sehingga marjin usaha ITIC ikut terungkit menjadi 18,68% di semester I 2020. Sebelumnya marjin usaha ITIC tercatat sebesar 17,88% pada semester I 2019 lalu.

Kedua faktor di atas menjadi penopang bagi pertumbuhan laba bersih perusahaan di enam bulan pertama. “Selain itu, dengan tidak adanya biaya one-time, terutama yang berkaitan dengan ketentuan IPO dan pinjaman bank, perusahaan memiliki lebih banyak peluang dalam mempertahankan profitabilitasya,” terang Djonny dalam keterangan tertulis.




TERBARU

[X]
×