Reporter: Revita Rita Rani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Upaya PT United Tractors Tbk memacu bisnis penjualan mobil Scania nampaknya masih tersendat. Lihat saja, sebanyak 30 unit bus gandeng merek Scania yang mereka datangkan dari Swedia, hingga kini masih dalam tahap penyelesaian administrasi di meja pemerintah provinsi (pemprov) DKI Jakarta.
Padahal semula jadwal serah terima 30 unit bus Scania untuk armada Trans Jakarta itu sebelum Desember 2015. Proses serah terima tak bisa dilakukan sampai ke-30 unit bus lolos administrasi.
Manajemen United Tractors tak bisa memastikan waktu penyelesaian administrasi kelar. "Semuanya tergantung bagaimana Pemerintah Jakarta, pokoknya jika administrasi beres, Scania sudah bisa kami serahterimakan," kata Sara K. Loebis, Corporate Secretary PT United Tractors Tbk kepada KONTAN, Selasa (15/12).
Dalam bisnis ini, United Tractors adalah distributor eksklusif Scania di Indonesia. Anak perusahaan PT Astra International Tbk tersebut bermitra dengan produsen Scania dari Swedia yakni Scania CV Aktiebolag dalam bisnis ini.
Harga satu unit bus gandeng Scania untuk kebutuhan bus Trans Jakarta sebesar Rp 1,4 miliar. Jadi, total nilai pembelian 30 unit bus Scania oleh pemprov DKI sekitar Rp 42 miliar. Bus gandeng Scania berkapasitas 140 orang dengan 39 kursi.
Terdapat empat kamera pengawas alias CCTV di dalamnya. Kemudian, ada dua lubang pengisian bahan bakar gas (BBG) pada badan bus. Itu memudahkan proses pengisian BBG pada sisi kanan maupun kiri.
Meski terlihat kurang mulus, bukan berarti United Tractors kapok mengail bisnis pengadaan bus Trans Jakarta. Tanpa menyebutkan jumlah, mereka mengaku masih akan memproduksi bus Scania.
"Pemerintah masih membutuhkan beberapa unit Trans Jakarta lagi tapi perlu diketahui tidak semua nantinya dipasok dari kami, ada merek lain juga," ujar Sara.
Sebelumnya, 21 unit bus Scania untuk keperluan Trans Jakarta telah beroperasi sejak Juni 2014. Sejauh ini, penjualan bus belum berkontribusi besar terhadap total pendapatan United Tractors.
Catatan perusahaan itu, pendapatan dari penjualan bus bergabung dengan penjualan suku cadang dan servis. Total porsinya 10%. Lantas, 90% porsi pendapatan selebihnya dari penjualan alat berat. Namun, kinerja penjualan alat berat United Tractors tak bisa diharapkan tahun ini.
Perusahaan berkode UNTR di Bursa Efek Indonesia tersebut merevisi target penjualan alat berat dari 4.000 unit alat berat menjadi 2.000 unit alat berat. Pelemahan bisnis sektor pertambangan dan perkebunan menjadi pemicu.
Sementara untuk menunjang kinerja 2016, United Tractors menyediakan dana belanja modal alias capital expenditure sekitar US$ 200 juta - US$ 225 juta. Sumber pendanaan dari kas internal.
United Tractors akan memanfaatkan US$ 50 juta di antaranya untuk menambah gudang penyimpanan dan bengkel. Kemudian, US$ 150 juta - US$ 175 juta selebihnya untuk mengganti alat produksi yang sudah usang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News