kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laju kinerja emiten kawasan industri melambat


Selasa, 30 Januari 2018 / 07:30 WIB
Laju kinerja emiten kawasan industri melambat


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis lahan industri pada tahun ini diprediksi masih melambat. Konsultan properti internasional Cushman & Wakefield, dalam rilis pekan lalu, menyebut harga lahan kawasan industri di DKI Jakarta dan sekitarnya cenderung flat.

Tahun lalu, harga lahan kawasan industri hanya tumbuh 0,3% year-on-year (yoy), tingkat pertumbuhan terendah sejak 2010. Permintaan lahan industri pada tahun buku 2017 mencapai 150 hektare (ha).

Jumlah ini setara dengan realisasi 2016. Secara keseluruhan, angka itu juga merupakan tingkat permintaan tahunan terendah sejak 2010.

Permintaan pada kuartal keempat tahun lalu mencapai 30,5 ha, naik dari 10,7 ha di kuartal ketiga. Seperti kuartal sebelumnya, permintaan terbatas pada perkebunan di Bekasi dan Serang.

Kondisi ini tampaknya bakal berlanjut tahun ini. Tak heran, sejumlah pengembang kawasan industri realistis menapaki bisnis tahun ini. 

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk (DILD) Archied Noto Pradono, tak muluk-muluk mematok target. Tahun ini, DILD menetapkan target sama seperti 2017. "Industri masih flat. Melihat data ekonomi dan outlook yang ada, kami memasang target konservatif," kata dia kepada KONTAN, kemarin.

Pada 2017, Intiland menargetkan penjualan lahan seluas 10 ha. Target tersebut tercapai. DILD berhasil membukukan penjualan lahan lebih dari 20 ha.

Penjualan lahan industri pada tahun lalu cukup besar lantaran ada mitra besar yang masuk. Perusahaan otomotif, PT Toyota Astra Motor pada April 2017 menjadi tenant baru, yang kemudian mendorong penjualan lahan industri DILD.

Pada tahun ini, DILD kembali mematok target sama, seluas 10 ha atau lebih. DILD kembali memasarkan lahan industri di Ngoro, Jawa Timur. Harga lahan industri juga dinilai masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap penjualan. "Memang, lahan industri ini rata-rata untuk usaha," ungkap Archied. 

Direktur Utama PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) Johannes Suriadjaja memprediksi harga lahan industri pada tahun ini masih flat. Pasalnya, harga saat ini sudah cukup tinggi dibandingkan Vietnam dan Thailand. Kedua negara ini merupakan pesaing terberat Indonesia di lahan industri. "Harga berpengaruh juga ke marketing sales," kata dia, Senin (29/1).

Karena itu, menurut Johannes, persoalan terkait tingkat kemudahan berinvestasi di Indonesia penting menjadi sorotan. Sebab, kedua negara pesaing, Vietnam dan Thailand, punya strategi pemasaran yang agresif. 

Di tengah persaingan ketat, SSIA menargetkan marketing sales sama seperti 2017, yakni seluas 20 ha. "Apalagi kalau Patimban benar dikerjakan tahun ini," kata Johannes.

Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio memperkirakan realisasi penjualan lahan industri sepanjang 2017 masih stagnan. 

Menurut hitungan dia, penjualan lahan industri tahun ini bisa tumbuh 5%-10%. "Tahun ini, penjualan lahan industri masih stagnan, sejalan dengan proses pembangunan," kata Bertoni.

Di antara beberapa emiten lahan industri, dia melihat SSIA masih cukup murah karena memiliki PER 1,70 kali. Emiten lain seperti DMAS punya PER 28,69 kali, BEST 7,51 kali dan DILD 16,84 kali.

"Buy SSIA dengan target Rp 700 per saham dan buy DILD dengan target Rp 400," kata Bertoni. Kemarin, Harga DILD Rp 364 dan SSIA Rp 585 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×