Reporter: Mia Winarti Syaidah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Lalu lintas pengiriman barang melalui dermaga Pelabuhan Tanjung Priok semakin ramai di tahun ini. Lihat saja, total barang masuk di pelabuhan ini per Mei 2011 mencapai 3,3 juta ton, tumbuh 59% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang sebanyak 2,06 juta ton.
Pertumbuhan ini melebihi rata-rata kenaikan arus barang di pelabuhan secara tahunan yang hanya meningkat 11%-15% pada dua tahun terakhir.
Menurut Hambar Wiyadi, Humas PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II, kenaikan itu karena kunjungan kapal yang semakin ramai. Pelindo mencatat ada 779 unit kapal yang berkunjung, naik 31% dibanding Mei tahun lalu sebanyak 593 unit. "Lima bulan pertama ini, permintaan kapal untuk berlabuh memang banyak," kata Hambar, Senin (13/6).
Kapal-kapal yang berlabuh itu, antara lain terdiri dari kegiatan bongkar muat 100 unit kapal bermuatan beras sebanyak 781.634 ton. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan tahun lalu yang hanya terdapat satu kapal beras dari Thailand dengan muatan 3.770 ton.
Ada pula kegiatan bongkar muat satu unit kapal gula pasir bermuatan 2.808 ton dan sembilan unit kapal jagung bermuatan 56.186 ton. Sementara kapal makanan ternak mencapai 17 unit bermuatan 31.670 ton. Arus masuk pakan ternak ini naik 26,5% dibanding periode sama di tahun lalu yang hanya 25.020 ton diangkut 12 kapal. Selanjutnya, ada 230 unit kapal semen bermuatan 1,23 juta ton. Jumlah muatan semen ini naik 21% dari 1,01 juta ton yang diangkut oleh 233 unit kapal.
Kenaikan juga terjadi untuk muatan CPO sebesar 37% dari 730.520 ton yang diangkut dengan 322 unit kapal menjadi 1 juta ton diangkut dengan 410 unit kapal. Untuk kapal klinker, naik 24% dari 153.386 ton diangkut dengan 11 unit kapal menjadi 193.763 ton diangkut dengan 12 unit kapal.
Namun, tidak semua kunjungan meningkat. Terutama, kapal pengangkutan sapi asal Australia. Tampaknya, persoalan perbedaan cara penyembelihan sapi menurunkan impor hewan ternak itu. Pelindo mencatat hanya ada pengiriman 78.180 ekor sapi dengan menggunakan 20 unit kapal, turun 36% dibanding 122.848 ekor dengan 40 unit kapal.
Dampak asas cabotage
Johnson W. Sudjipto, Ketua Umum Indonesian National Shipowners Association (INSA), mengatakan, arus barang di pelabuhan memang meningkat sejak dua tahun terakhir. Namun, meningkatan tahun ini memang lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. "Peningkatan ini salah satunya karena pemberlakuan asas cabotage," katanya.
Asas tersebut mengharuskan kegiatan pelayaran hanya dilayani oleh kapal berbendera nasional. Tidak mengherankan, arus barang di pelabuhan lain seperti Tanjung Perak pun meningkat.
KONTAN mencatat, volume angkutan peti kemas di Tanjung Perak mencapai 702.592 twenty-foot equivalent units (TEUs), tumbuh 133,43% dibanding periode sama 2010.
Tentu saja, kondisi itu bakal mengerek laju pertumbuhan bisnis transportasi kapal nasional. Apalagi, potensi transportasi laut di Indonesia masih besar. "Karena, sebagian besar masih dikuasai pemain asing," jelas Johnson.
INSA menghitung, pendapatan transportasi laut yang jatuh ke tangan asing sekitar US$ 12,96 miliar atau setara dengan Rp 116 triliun per tahun. Jumlah ini antara lain dari pengangkutan komoditas lokal yang mencapai US$ 59 juta per tahunnya. Sedang kargo ekspor-impor yang diangkut kapal asing mencapai US$ 12,9 miliar per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News