kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.395.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Len siap bangun proyek sinyal monorel


Sabtu, 23 November 2013 / 09:31 WIB
Len siap bangun proyek sinyal monorel
ILUSTRASI. Pekerja PT. Chevron Pacific Indonesia (PT CPI)di Lapangan Duri, Riau.


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. PT Len Industri sudah siap menggarap proyek komputerisasi pengawasan kereta atau computer based train control (CBTC) di proyek Monorel Jakarta.

Proyek yang biasa disebut sistem persinyalan ini bakal menelan anggaran sekitar 1 juta euro sampai 2 juta euro per satu kilometer (km). "Biayanya lebih murah dari sistem sinyal CBTC yang biasanya digunakan," kata Linus Andor Mulana Sijabat, Direktur Operasi dan Teknologi PT Len Industri kepada KONTAN, Kamis (21/11).

Biaya yang lebih murah ini lantaran bantalan roda yang dipakai untuk proyek monorel ini berbahan karet. Sehingga sistem pengontrolan kereta monorel akan lebih mudah.

Bila memakai bantalan besi, laiknya kereta listrik (KRL), pengontrolan akan leblih sulit. Selain itu pengeluaran anggaran yang dibutuhkan juga lebih besar. Perbandingannya adalah satu berbanding tiga.

Sayang, Len belum bisa memastikan kapan pengerjaan proyek ini bakal berlangsung. Menurutnya, proses pengerjaan tergantung dari kesiapan PT Jakarta Monorel.

Asal tahu saja, proyek monorel Jakarta yang bernilai Rp 8 triliun ini baru saja terlaksana proses penanaman tiang panjang perdana akhir Oktober 2013.
Tak hanya monorel, perusahaan yang berbasis di Bandung ini juga menyatakan kesiapannya untuk menggarap peningkatan kualitas program sinyal KRL Jabodetabek.

Adi Sufiadi Yusuf, Direktur Pemasaran Len Industri menilai pengelolaan sinyal yang saat ini dimiliki oleh KRL Jabodetabek masih perlu diperbaiki. Ini untuk mengantisipasi target dari KRL Commuter Jabodetabek yang akan mengangkut sebanyak 1,2 juta penumpang per hari pada 2018 mendatang. "Bila target ini yang KRL Jabodetabek patok, ya, mereka harus mengganti sistem persinyalan," terang Adi.

Menurutnya, sistem sinyal yang sudah berusia 15 tahun hanya bisa bertahan sekitar lima tahun lagi. Pergantian sistem menjadi sistem CBTC ini diperkirakan akan memakan dana sekitar Rp 3 triliun.

Namun sayangnya hingga kini dalam project kerja yang disampaikan Ditjen Perkeretapian Kemhub, pergantian sistem sinyal rupanya belum direncanakan. Pemerintah baru mendesain stasiun integrasi di beberapa wilayah seperti Manggarai, Dukuh Atas, Kampung Badan, Stasiun Senen dan Lebak Bulus.

Yang jelas, Len pernah terlibat proyek MRT di Singapura pada 2011 sebagai pembantu Alstom Power Pte Ltd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×