Reporter: Arif Wicaksono | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Persaingan ketat antarindustri telekomunikasi di Tanah Air membuat margin keuntungan operator semakin tipis. Untuk menyiasati hal itu, Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI) mengusulkan adanya konsolidasi industri telekomunikasi.
Sarwoto Atmosutarno, Ketua ATSI yang juga Direktur Utama PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) mengatakan, persaingan yang ketat membuat tarif layanan suara dan pesan pendek (SMS) di Indonesia menjadi paling murah di dunia. “ATSI mengusulkan adanya konsolidasi para operator telekomunikasi untuk mempertahankan laba,” ungkapnya kepada KONTAN, Jumat (13/1).
Menurutnya, strategi yang tepat dari jauh-jauh hari perlu dilakukan agar industri telekomunikasi tetap bisa tumbuh. Sarwoto mencontohkan, konsolidasi seperti merger yang dilakukan PT Smart Telecom Tbk dengan PT Mobile-8 Telecom Tbk yang menjadi PT Smartfren Telecom Tbk, bisa ditiru.
Lima operator
Menurut Sarwoto, saat ini operator telekomunikasi sebenarnya sudah mulai melakukan merger operasi. Namun, sampai sekarang merger entitas perusahaan belum bisa dilakukan karena regulasi yang belum mendukung. Salah satu aturan yang kurang mendukung adalah tentang sumber daya frekuensi, penomoran, serta wilayah geografis.
Oleh karena itu, ATSI akan mendorong agar perangkat regulasi segera diterbitkan untuk mendukung merger entitas. Termasuk perlunya ketegasan aturan kepemilikan asing di industri telekomunikasi. Menurutnya, dorongan perlu dilakukan untuk menyehatkan industri telekomunikasi nasional. Dia mengatakan, idealnya di Indonesia hanya ada lima operator telekomunikasi. Saat ini jumlah operator telekomunikasi di Indonesia mencapai 11 perusahaan.
Selain merger, konsolidasi layanan juga perlu dilakukan. Operator harus bekerja sama dengan partner lain, seperti content provider (CP) untuk meningkatkan layanan pelanggan. Apalagi penyedia konten akan menjadi harapan para operator ke depan untuk menunjang pertumbuhan layanan data.
Telkomsel sendiri sampai akhir 2011 telah menjalin kerjasama dengan 400 CP untuk melayani 45 juta pelanggan. Dia menyebut, konten layanan yang digemari adalah segmen entertainment seperti musik, foto, video, promosi konser tiket, aplikasi, merchandising, ringtone, ring back tone (RBT), dan lirik lagu.
Selain konsolidasi layanan, konsolidasi infrastruktur seperti penggunaan bersama jaringan Base Transceiver Station (BTS) bisa dilakukan untuk menghemat biaya operasional. “Hal ini memungkinkan operator melakukan efisiensi dan inovasi dalam setiap layanan,” ungkap Sarwoto.
Mengenai usulan konsolidasi itu, Sidarta Sidik, Director Intercarrier, Regulation, and Government Relations PT Hutchison CP Tellecommunication (Three) mengatakan, sampai saat ini perusahaannya belum pernah melakukan pembahasan kemungkinan konsolidasi. “Pangsa pasar di industri telekomunikasi masih besar, sehingga masih bisa terus mengejar pasar yang tersisa tersebut,” ujarnya.
Dia mengatakan, tahun ini Three akan fokus pada upaya pengembangan dan ekspansi layanan data. Melihat pasar yang masih luas, Sidik yakin Three dengan strategi yang tepat bisa terus berkembang ke depan.
Sementara itu, Syakieb A Sungkar, Wakil Presiden Penjualan dan Distribusi PT Axis Telecom Indonesia (Axis) mengatakan, pihaknya tidak dalam posisi untuk melakukan merger ke depannya. "Kita tidak akan melakukan merger karena pendanaan untuk perusahaan yang sudah tercukupi," ungkapnya.
Walaupun begitu, dia mengatakan, Axis sudah melakukan konsolidasi infrastruktur berupa pemakaian bersama menara dengan operator lain. Untuk tahun ini, Axis akan lebih fokus kepada peningkatan layanan data perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News