Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Ada kabar baik bagi Indonesia. Middle East Coal (MEC), sebuah perusahaan patungan asal Timur Tengah, akan menanamkan modal senilai US$ 5 miliar di negara kita ini.
MEC akan menggunakan US$ 4 miliar di antaranya untuk membangun pabrik aluminium dan pembangkit listrik berbahan bakar batubara dengan kapasitas 1.250 megawatt di Kalimantan Timur. Untuk kedua proyek tersebut, MEC akan bekerjasama dengan National Aluminium Company (NALCO) dari India. MEC memasang target, kedua proyek ini selesai tahun 2013.
Kemudian, investasi lainnya yang akan menyerap investasi sebesar US$1 miliar adalah pembangunan rel kereta api. Menurut rencana, MEC akan membangun rel kereta api sepanjang 130 kilometer di Kabupaten Kutai Timur. Apabila terlaksana nanti, proyek tersebut akan salah satu dari segelintir proyek kereta api swasta di Indonesia.
Dalam rilisnya kemarin (27/7), Executive Vice Chairman MEC, Madhu Koneru, menyebutkan, ada banyak alasan bagi MEC untuk meneruskan rencananya di Indonesia. Di antaranya, pondasi ekonomi negeri ini lumayan kuat dan memiliki sistem politik yang stabil. "Kami tak terpengaruh kejadian teror bom minggu lalu. Kami memiliki keyakinan penuh terhadap masa depan Indonesia," tulis Madhu Koneru.
Selain itu, imbuh Madhu, bisnis batubara di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Dengan alasan cadangan emas hitam yang gede itu pula MEC tertarik membangun rel kereta api.
MEC tercatat memiliki konsesi batubara seluas 12.000 hektare di Kutai Timur. Cadangan batubara dari lahan seluas itu mencapai 2 miliar ton kubik. MEC menargetkan produksi dari tambang ini akan mulai berjalan pada akhir 2009. Produksi tahap I sekitar 2 juta ton per tahun, lalu meningkat menjadi 32 juta ton pada 2019.
Menurut Madhu, untuk mendukung eksploitasi cadangan batubara yang besar itu harus ada infrastruktur yang baik agar batubara dapat dijual dengan harga terbaik. "Kami merasa perlu mendukung itu dengan membangun rel," kata Madhu.
Rel yang akan mereka bangun berfungsi menghubungkan tambang-tambang batubara di daerah Muara Wahau dengan terminal pengangkutan batubara di Bengalon, Kalimantan Timur.
Naveen Chandralal, Chief Executive Officer MEC, menambahkan, kedua investasi ini sangat penting bagi MEC dan Indonesia. Investasi tersebut juga akan menyediakan 3.000 lapangan kerja.
Sekadar informasi, MEC merupakan sebuah perusahaan patungan antara Trimex Group dan Pemerintah Ras Al Khaimah, Uni Emirat Arab. Perusahaan ini berkantor pusat di Singapura.
Menurut Naveen, pendirian MEC memang bertujuan mengeksplorasi investasi strategis di bidang aset batubara dan industri yang terkait dengan batubara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News