kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar prospek Internet of Things


Kamis, 06 Juli 2017 / 20:17 WIB
Menakar prospek Internet of Things


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Perkembangan teknologi dan telekomunikasi dunia semakin menunjukkan kecenderungan pada kegiatan serba konektivitas. Kehadiran Internet of Things (IOT) dirasa dapat menjadi alat untuk mempermudah kegiatan sehari-hari dan industri dengan otomisasi jarak jauh.

"IOT sudah mulai mendunia walau di Indonesia masih dalam tingkat invensi," kata Ronni Nurmal Wakil Presiden Ericsson's Head of Network Product for Customer Unit Indonesia dan Timor Leste dalam konferensi pers, Kamis (5/7).

Melalui catatan Ericsson Mobility Report kuartal I-2017, secara global, pada 2016, terdapat total connected devices sebanyak 16 milliar. Pada 2022 angka tersebut diproyeksikan akan bertambah menjadi 29 milliar.

Ronni berharap, perkembangan IOT di Indonesia bisa berlanjut tidak hanya sebagai operator, tapi juga bisa untuk keperluan sehari-hari. Kapasitas sebagai operator yang ia maksud berhubungan dengan provider telekomunikasi, pasalnya penggunaan IOT dirasa masih bergantung pada perkembangan 5G.

"5G memungkinkan IOT, yaitu interaksi mesin dan antar aplikasi untuk memonitor berbagai macam hal," kata Ronni.

Selanjutnya, Ronni mencontohkan penggunaan IOT tidak hanya untuk aplikasi rumah tangga semata, namun juga dapat digunakan untuk pengendalian operasi medis, konstruksi dan transportasi jarak jauh. Namun, menurutnya, masih terlalu awal untuk memperediski industri mana yang bisa disasar IOT.

Ericsson sempat bekerja sama dengan perusahaan Scania mengembangkan teknologi bus dan truk yang dikendalikan secara otomatis. Proyek ini diharapkan dapat memberikan efisiensi dan inovasi transportasi. Sebagai informasi, Scania merupakan raksasa perusahaan asal Swedia yang bergerak di industri otomotif dan manufaktur kendaraan komersil, ia memiliki spesifikasi dalam truk berat dan bus.

Sebelumnya, produsen teknologi informasi (TI) Taiwan tengah mengincar pasar Indonesia. Ini terkait mulai berkembangnya layanan smart city atau juga smart solutions. Salah satunya penerapannya yaitu e-ticketing di transportasi umum.

Menurut Tony Lin, Deputy Excecutive Director Taiwan External Trade Development Council (Taitra), bisnis Internet Of Things bakal terus berkembang hingga beberapa tahun ke depan. Malah ia memproyeksi, pertumbuhan bisnisnya bisa mencapai 13,7% per tahun, sampai tahun 2020 nanti.

Data dari International Data Corporation (IDC) menunjukkan,pada 2016, sektor yang kemungkinan akan berinvestasi besar pada IOT adalah manufaktur senilai US$ 178 miliar, lalu transportasi US$ 78 miliar, dan utilitas US$ 69 miliar.

Sedangkan untuk area Asia Pasifik (tidak termasuk Jepang) diproyeksikan akan adanya penambahan dari 3,1 miliar perangkat menjadi 8,6 miliar perangkat. Hal tersebut akan diiringi dengan pertumbuhan pasar dari US$ 250 miliar menjadi US$ 583 miliar pada periode 2015-2020.

"Implikasinya apa, dari sisi komoditas, regulasi, dan masyarakat untuk antisipasi ke depan harus menyiapkan komponen, infrastruktur dan regulasinya," kata Ronni. Ia melanjutkan saat ini banyak operator telekomunikasi Indonesia memang mulai melirik IOT. Namun, ia enggan memberikan besaran kemungkinan investasi dan angka pasar IOT di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×