kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,45   0,83%
  • KOMPAS100 1.107   11,93   1,09%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   1,25   0,57%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,59   1,05%
  • IDX80 127   1,36   1,08%
  • IDXV30 135   0,76   0,57%
  • IDXQ30 149   1,76   1,20%

Meneropong nasib proyek LRT dan kereta api cepat


Rabu, 08 Februari 2017 / 21:44 WIB
Meneropong nasib proyek LRT dan kereta api cepat


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Nasib tiga proyek infrastruktur moda transportasi umum yang sedang dalam proses pembangunan saat ini sedang dipertanyakan.
Pasalnya, pendanaan proyek tersebut masih belum menemukan kejelasan. Ketiganya adalah Light Rail Transit (LRT) Palembang, LRT Jabodetabek, dan High Speed Rail (HSR) atau Kereta api cepat Jakarta-Bandung. 

Proyek LRT Palembang dengan investasi Rp 11,4 triliun merupakan proyek penugasan yang kerjakan oleh PT Waskita Karya tbk (WSKT) yang seluruhnya didanai oleh Anggaran Pendapan dan Belanja Negara (APBN).

Hingga saat ini, progres konstruksi proyek yang sudah groundbreaking sejak akhir tahun 2015 ini sudah mencapai 35%. Waskita telah menggelontorkan Rp 4 triliun untuk pembangunan tersebut namun hingga saat ini pemerintah belum melakukan pembayaran kepada Waskita. 

Permasalahan lebih pelik ada pada LRT Jabodetabek. Semula proyek ini merupakan proyek penugasan yang seluruhnya akan didanai dari APBN yang diberikan kepada PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Namun belakang, pemerintah mengatakan akan mengkaji lagi skema pendanaan proyek ini di luar APBN karena investasinya yang sangat besar, ditaksir mencapai Rp 25 triliun. Alternatif yang sedang dikaji kombinasi bentuk Public Service Obligation (PSO), penjaminan, maupun investasi.

Pendanaan untuk proyek HSR yang dikerjakan oleh PT Kereta Api Cepat Indonesia Cina (KCIC) senilai US$ 5,1 triliun juga belum menemukan titik terang. KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN China dan Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dengan kepemilikan masing-masing 40% dan 60%.

Konsorsium BUMN terdiri dari WIKA dengan porsi, PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Jasa Marga Tbk. Sekitar 75% investasi proyek HSR ini akan dibiayai China Development Bank (CDB) dan 25% dari internal KCIC. Namun hingga kini, pendanaan dari CDB belum cair. Padahal proyek ini ditargetkan bisa beroperasi tahun 2019.

Muhammad Choliq, Direktur Utama WSKT mengatakan masih tetap optimistis LRT Palembang akan selesai tahun 2018 untuk mendukung perhelatan Asian Games. Pemerintah akan melakukan pembayaran mulai tahun ini hingga 2021 secara bertahap. "Kalau dibayar setelah selesai proyek juga tidak masalah," ujarnya pada KONTAN, Rabu (8/2).

Harris Gunawan, Direktur Keuangan ADHI juga menekankan konstruksi LRT Jabodetabek akan terus berjalan dan akan rampung sesuai target pada tahun 2019 meskipun skema pendanaannya belum jelas. "Kita akan terus lanjutkan konstruksi. Keuangan kita masih kuat DER kita masih 0,9 kali.," katanya.

Senada, KCIC juga optimistis proyek HSR bisa beroperasi pada tahun 2019 meskipun pendanaan dari CDB belum cair. Febriyanto, Corporate Communication KCI mengatakan untuk saat ini pihaknya masih bisa mengandalkan setoran modal tahap pertama untuk melakukan pengerjaan konstruksi proyek sepanjang 141 km tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×