Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Produsen otomotif di tanah air tetap semangat, meskipun pasar mobil masih tiarap. Betapa tidak, di tengah lesunya penjualan otomotif nasional, sejumlah agen pemegang merek (APM) kendaraan roda empat tetap menjajal peruntungannya di bisnis mobil berpenumpang (passenger car).
Lihat saja gebrakan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), APM Mitsubishi di Indonesia. Pada event pameran otomotif bertajuk Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017, KTB meluncurkan produk baru di segmen mobil bepenumpang atau multi purpose vehicle (MPV), yakni Mitsubishi Xpander.
Padahal, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikndo) telah melempar sinyal, perekonomian yang masih lesu dan menurunnya daya beli masyarakat telah memberikan dampak pada industri otomotif berupa penurunan penjualan. Ini khususnya terjadi pada segmen kendaraan penumpang.
Contohnya pada Juni 2017. Berdasarkan catatan Gaikindo, penjualan kendaraan penumpang selama Juni 2017 menurun cukup signifikan bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Selama Juni itu, penjualan anjlok 29,5%, atau hanya terjual 66.370 unit. Padahal, pada Mei 2017, penjualan bisa mencapai 94.091 unit.
Toh, gebrakan KTB tidak sia-sia. Sebab, dalam ajang GIIAS yang digelar pada 10–20 Agustus 2017 di ICE BSD City, Tangerang, Banten, Mitsubishi Xpander justru menjadi magnet bagi pengunjung pameran otomotif.
“Dalam dua minggu sejak diperkenalkan di GIIAS, Xpander telah menjaring lebih dari 10.000 pesanan,” kata Irwan Kuncoro, Direktur Sales dan Marketing Divisi PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) kepada Tabloid KONTAN.
Upaya KTB untuk menggenjot penjualan mobil berpenumpang, sudah terlihat sejak Mitsubishi Xpander diluncurkan ke pasar. Sejak 1 April 2017, KTB memisahkan divisi pemasaran kendaraan komersial dan kendaraan penumpang dalam dua perusahaan terpisah.
KTB sebagai entitas perusahaan tetap menangani bisnis manufaktur dan distributor untuk segmen kendaraan niaga dengan nama Mitsubishi Fuso Truck and Bus Corporation (MFTBC).
Sementara, bisnis kendaraan berpenumpang dan kendaraan niaga ringan light commercial vehicle dengan merek Mitsubishi dialihkan ke perusahaan baru, yakni PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales di Indonesia (MMKSI).
Irwan mengatakan, pemisahan divisi bisnis kendaraan niaga dan penumpang bukan tanpa dasar. Dia bilang, mengandalkan keunggulan produk bukan satu-satunya jalan mengatrol penjualan. Untuk itu, diperlukan strategi lain agar perusahaannya makin fokus menggarap pasar bisnis mobil berpenumpang. “Pemisahan MFTBC dan MMKSI untuk memfokuskan bisnis masing-masing ke segmen bisnis, terutama ke pasangger car,” imbuh Irwan.
Bangun pabrik
Dengan adanya pemisahan unit bisnis, lanjut dia, pihaknya bisa meningkatkan volume produksi dan penjualan mobil penumpang.
“Kalau mau eksis di passenger car, kami harus punya produk di segmen dan pasar yang besar. Tanpa ada produk small MPV, bisnis kami tak mungkin bisa membesar. Kami harus main di segmen yang besar untuk mendapatkan volume dan mengangkat posisi di pasar,” bebernya.
Untuk mendukung ambisi tersebut, Mitsubishi telah membangun pabrik perakitan mobil penumpang di kawasan Deltamas, Cikarang, Jawa Barat. Pada tahap pertama, pabrik yang diresmikan April 2017 itu berkapasitas 160.000 unit per tahun dan dapat dikembangkan jadi 240.000 unit per tahun.
Pabrik yang dibangun di atas lahan seluas 30 hektare dan menelan biaya sekitar Rp 8 triliun itu akan memproduksi Mitsubishi Pajero Sport. Selanjutnya akan memproduksi L300, dan pada kuartal III tahun ini memproduksi small MVP.
Nantinya kendaraan jenis small MVP akan diproduksi sebanyak 80.000 unit per tahun. Dari jumlah itu, sebanyak 60.000 untuk pasar domestik dan sisanya untuk diekspor ke negara kawasan ASEAN seperti Thailand, Filipina, dan Vietnam.
Nah, untuk melakukan penetrasi pasar di dalam negeri, Mitsubishi menggeber perluasan jaringan distribusi. Saat ini, menurut Irwan, MMKSI telah diperkuat 92 unit diler yang tersebar di berbagai kota besar di seluruh nusantara. Sampai 2018, MMKSI menargetkan bisa membangun 143 jaringan diler.
Strategi lain yang akan digencarkan adalah brand new communication untuk mendongkrak brand image. Aktivitas promosi above the line, below the line, serta public relation akan lebih terintegrasi lagi. Tahun ini, Mitsubishi akan menghadirkan sekitar 800 acara yang jadi ajang sosialisasi brand.
Dan, yang tak kalah penting, MMKSI akan mengembangkan layanan purna jual yang semakin terjangkau oleh konsumen. Berbagai program seperti gratis biaya servis dan peningkatan sistem pemesanan daring (online) akan terus dilakukan.
Dengan berbagai program strategi tersebut, Irwan berharap, brand Mitsubishi bisa menandingi kedigdayaan sejumlah brand roda empat di tanah air, seperti Toyota, Honda, dan Daihatsu. Sampai tahun fiskal 2018 (Maret 2017–April 2018), MMKSI menargetkan bisa menjual sebanyak 91.000 unit mobil penumpang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News