Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia enggan menanggapi sindiran Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa terkait mandeknya pembangunan kilang baru PT Pertamina (Persero).
Bahlil menegaskan fokusnya adalah memastikan proyek kilang yang tengah berjalan bisa segera rampung.
“Saya tidak mau mengomentari pernyataan orang lain. Silakan ditanyakan kepada yang mengomentari. Tugas saya adalah bagaimana memastikan agar mengawasi teman-teman kolaborasi dengan Pertamina untuk yang kilang-kilang lagi berjalan secepat selesai,” kata Bahlil ditemui di Kantor BPH Migas, Kamis (2/10/2025).
Baca Juga: Kilang Dumai Kebakaran, Kementerian ESDM Kirim Tim ke Lapangan
Sebelumnya, Menkeu Purbaya melontarkan kritik tajam kepada Pertamina lantaran sejak krisis 1998 belum ada tambahan kilang baru yang berhasil dibangun. Padahal, perusahaan pelat merah itu sempat berjanji membangun tujuh kilang baru dalam lima tahun.
"Sampai sekarang kan enggak ada satupun. Jadi bapak (Komisi XI DPR RI) tolong kontrol mereka juga. Jadi saya kontrol, dari bapak-bapak juga kontrol. Karena kita rugi besar. Kita impor dari mana? Dari Singapura. Minyak, produk-produk minyaknya. Pabrik pupuk juga," kata Purbaya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (30/9/2025)
Minimnya investasi kilang membuat kebutuhan domestik ditambal lewat impor, terutama dari Singapura. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor minyak mentah Indonesia pada Juli 2025 mencapai US$ 786 juta, naik 34,92% dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun impor hasil minyak pada periode yang sama mencapai US$ 1,72 miliar, naik 5,38% secara bulanan.
Secara kumulatif, impor minyak mentah Januari—Juli 2025 mencapai US$ 4,96 miliar, sementara impor hasil minyak tembus US$ 13,41 miliar. Meski secara tahunan turun, tren kenaikan impor bulanan menunjukkan risiko beban yang lebih besar bagi neraca perdagangan energi.
Kondisi tersebut juga menekan anggaran subsidi energi. Data Kementerian Keuangan mencatat, realisasi subsidi dan kompensasi energi hingga Agustus 2025 mencapai Rp 218 triliun, lebih tinggi dibandingkan sepanjang 2024 sebesar Rp 208,4 triliun.
Saat ini, bisnis kilang Pertamina dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dengan enam fasilitas utama: RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim. Total kapasitas pengolahan tercatat sekitar 1 juta barel per hari.
Baca Juga: Kilang Pertamina Kembali Terbakar, Pembangunan Kilang Baru Tak Kunjung Rampung
Selanjutnya: Piala Dunia 2026: FIFA Tolak Intervensi Politik Donald Trump Soal Pemindahan Venue
Menarik Dibaca: IHSG Berpotensi Sideways, Cek Rekomendasi Saham BNI Sekuritas (3/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News