Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengajak para pengusaha dan kalangan profesional bekerja dari Bali untuk membantu perekonomian sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (Parekraf) di Pulau Dewata.
Menparekraf Sandiaga Uno berharap hal ini dapat membantu membangkitkan perekonomian Bali yang terdampak akibat pandemi. Terlebih sebanyak 80% masyarakat Bali bergantung dari sektor parekraf.
"Saya mengajak kalangan pengusaha dan para profesional mulai mempertimbangkan untuk bekerja dari Bali. Karena ada dua fungsi, yang pertama kita bisa lebih efisien dan bisa menikmati keindahan alam Bali, juga kita membantu sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali," ujarnya dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Jumat (29/1).
Menparekraf Sandiaga juga sudah berkoordinasi dengan Pemprov Bali untuk menyiapkan paket-paket "Work From Bali" atau "Study From Bali" yang akan dipasarkan dalam waktu dekat.
Baca Juga: Tiru Kroasia, Sandiaga Uno ingin kembangkan desa wisata di Indonesia
"Para ekspatriat baik yang ada di Jakarta atau wilayah lainnya, kita akan tawarkan paket-paket bekerja dari Bali. Tentunya dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin," kata Sandiaga.
Meskipun bekerja dari Bali, Menparekraf mengingatkan wisatawan untuk mematuhi protokol kesehatan 3M secara disiplin agar bisa lebih aman dan nyaman dalam menjalankan aktivitas.
"Hari pertama saya berkantor di Bali sudah ada beberapa kegiatan yang saya lakukan dan sangat efisien sejak pagi. Namun penerapan protokol kesehatan 3M harus diterapkan secara ketat dan disiplin," imbuhnya.
Sandiaga Uno yang akan berkantor di Bali hingga Sabtu (30/1) mengungkapkan, salah satu alasannya bekerja di Pulau Dewata adalah untuk mendengar langsung dan memberi motivasi kepada para pelaku parekraf agar tetap semangat dan dapat kembali bangkit pascapandemi Covid-19.
Seperti diketahui, sektor ekonomi di Bali terguncang akibat pandemi. Pada kuartal ke 3 tahun 2020 bahkan minus 12%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
