Reporter: Mia Winarti Syaidah |
JAKARTA. Industri penerbangan global diperkirakan akan mencatatkan kinerja yang buruk tahun ini.
“Kalau mengutip IATA, maskapai global akan rugi sekitar US$15 miliar tahun ini,” ujar Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia Elisa Lumbantoruan Rabu 20/4.
International Air Transport Association (IATA) memperkirakan, tingginya harga minyak mentah dunia, tsunami Jepang dan gejolak geopolitik di Timur Tengah membuat prospek industri penerbangan lesu. Dari perkiraan itu, sekitar 50% kerugian akan dialami oleh maskapai Asia-Pasifik.
"Jadi, secara umum, kondisi perkembangan global pada tahun ini masih belum stabil," katanya.
Walapun begitu menurut Elisa dalam dekade terakhir di Indonesia terjadi pertumbuhan penumpang rata-rata di atas 10% per tahun. Tapi Elisa tidak menampik kerugian tersebut ke depannya bisa saja dialami juga oleh industri penerbangan di Indonesia.
Pertumbuhan penumpang di industri ini biasanya berkorelasi positif dengan pertumbuhan produk domestik bruto (GDP) dan ekonomi. "Biasanya pertumbuhan di industri penerbangan dua kali GDP atau paling tidak konsisten sama," katanya.
Meski digambarkan suram, Elisa optimis sektor industri penerbangan Indonesia masih positif hingga beberapa tahun ke depan.
"Dengan 230 juta penduduk dan negara kepulauan serta belum ada pilihan moda lain yang lebih andal seperti angkutan laut dan kereta api, sektor penerbangan tetap akan positif ke depan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News