Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengakui bahwa ekspor TPT Indonesia tetap tumbuh. "Pada tahun 2000, ekspor TPT Indonesia US$8,3 miliar, dan sampai tahun 2009 ekspor tersebut naik menjadi US$9,26 miliar," ujarnya. Namun pertumbuhan tersebut hanya sekitar 3,41%.
Toh Hidayat menganggap industri tekstil di dalam negeri ini masih stagnan. Alasannya, rata-rata mesin tekstil yang beroperasi sekarang yang sudah lebih dari 20 tahun.
Selain karena mesin sudah tua, industri tekstil Indonesia juga menghadapi pesaing baru dan memiliki teknologi lebih bagus seperti industri tekstil di Vietnam, Bangladesh, Thailand dan China.
"Indonesia tidak memiliki industri permesinan tekstil sehingga kita masih tergantung pada impor, sementara China punya industri mesin tekstil yang cukup baik," tambah Hidayat.
Itulah sebabnya, sejak tahun 2007, pemerintah telah menyelenggarakan program restrukturisasi dan modernisasi mesin tekstil.
Menurut catatan di Kementerian Perindustrian, sejak restrukturisasi industri tersebut hingga tahun 2009 kemarin, jumlah investasi permesinan baru mencapai Rp 4,78 triliun. Tahun ini, Kementerian tersebut mengalokasikan dana subsidi untuk restrukturisasi mesin tekstil sebanyak Rp 144,35 miliar yang diharapkan akan memancing investasi mesin tekstil Rp 1,5 triliun sehingga total investasi mesin dalam tiga tahun ini akan mencapai Rp 6,28 triliun.
Wakil Ketua API Ade Sudradjad optimis dana restrukturisasi mesin tersebut akan terserap. Ia memprediksi jumlah perusahaan tesktil yang ikut program itu bisa mencapai 200 perusahaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News